Gong Kebyar Legendaris Tutup Malam Apresiasi Seni HUT Ke-421 Kota Singaraja

PUNCAK malam apresiasi seni dalam rangka HUT ke-421 Kota Singaraja di RTH Taman Bung Karno, Selasa (8/4/2025). Foto: ist

POSMERDEKA.COM, BULELENG – Puncak malam apresiasi seni dalam rangka HUT ke-421 Kota Singaraja ditutup meriah oleh penampilan Gong Kebyar Legendaris di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Bung Karno, Suaksada, Kabupaten Buleleng, Selasa (8/4/2025).

Dua sekaa gong ternama, yakni Sekaa Gong Eka Wakya dan Sekaa Gong Giri Kusuma, tampil memukau penonton dengan sajian tabuh dan tari klasik yang sarat nilai budaya.

Bacaan Lainnya

Gede Arya Septiawan selaku Sekretaris Sekaa Gong Eka Wakya, Banjar Paketan, menyampaikan, dalam kesempatan itu sekaa gong ini membawakan dua materi unggulan, yaitu Tabuh Kreasi Dwikora dan Tari Gelatik. “Kedua materi ini bukan hanya sekadar pertunjukan seni, melainkan juga membawa pesan sejarah dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para seniman terdahulu,” ujarnya.

Tabuh tersebut menggambarkan semangat perjuangan dan semangat rakyat Indonesia pada masa itu. Berlatar pada peristiwa 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Dan pada tanggal 3 Mei 1964 disebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Soekarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Pada tahun tersebut untuk membangkitkan semangat nasionalis dalam peristiwa tersebut Mayor (Purn) TNI AD I Gusti Agung Made Kertha (Mayor Kertha) kembali menata tabuh gegenderan dengan mengaransemen serta merekonstruksi kembali dan diberi judul Tabuh Kreasi Dwikora yang dipentaskan pada tahun 1964 di Istana Tampak Siring, Bali.

Baca juga :  Kasus Transmisi Lokal di Badung Terus Meningkat

Sementara itu, Tari Gelatik yang lahir pada tahun 1987 merupakan bentuk kampanye pelestarian lingkungan. “Waktu itu burung gelatik mulai langka akibat eksploitasi berlebihan. Maka diciptakanlah tari ini sebagai bentuk ajakan untuk mencintai alam dan menjaga satwa, salah satunya burung gelatik,” katanya.

Terkait dengan kegiatan ini, Gede Arya menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas perhatian yang diberikan pemerintah kepada para seniman, khususnya kepada Sekaa Gong Kebyar Legendaris. “Kami senang masih bisa menampilkan keahlian kami—para seniman senior tetap semangat memainkan gamelan dengan peweweh (kemahiran) yang tak luntur,” ucapnya.

Di sisi lain, Putu Sudiarsa selaku Koordinator Sekaa Gong Giri Kusuma menyampaikan sekaa ini menampilkan dua karya khas dari Bontihing, yaitu Tari Kekelik dan Tabuh Pudak Sumekar. Tabuh kreasi ini diciptakan pada tahun 1966 oleh Bapak Made Keranca bersama Sekaa Gong Giri Kusuma, Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

Garapan tabuh yang terinspirasi oleh bunga pudak yang sedang mekar pada tumbuhan pandan, berwarna putih dan sangat harum. Bunga pudak ini hidup di sekitar Kayoan (pemandian) dan di dekat Pura Beji di Desa Bontihing. “Bunga yang harum, air yang sejuk serta suara burung yang merdu mengiringi bunga pudak yang bermekaran menginspirasi terciptanya karya ini,” ujarnya.

Sementara Tari Kekelik menggambarkan seekor burung besar bernama Kekelik yang angkuh dan semena-mena. Burung-burung kecil yang kerap diganggu olehnya akhirnya bersatu dan menghimpun kekuatan untuk mengalahkan sang burung besar. “Filosofinya, kalau kita bersatu, rintangan apapun bisa kita lewati bersama. Ini selaras dengan misi kami bahwa kebersamaan adalah kekuatan utama,” jelasnya.

Baca juga :  Tanpa Didampingi Pelatih Pasek Alit, Padangtegal FC Juara Piala Soeratin U-17 Zona Bali 2024

Putu Sudiarsa juga menyampaikan rasa syukur atas dukungan fasilitas dari pemerintah yang memungkinkan seniman seperti mereka untuk terus berkarya. “Kami sebagai masyarakat kecil sangat bersyukur dengan adanya fasilitas seperti ini. Kami cukup bangga,” tutupnya. edy

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.