POSMERDEKA.COM, MATARAM – Petahana dalam pemilihan kepala daerah bukan sosok yang harus dikhawatirkan dalam kompetisi. Misalnya petahana Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, dinilai bisa saja tumbang oleh penantang yang memiliki strategi mumpuni, tangguh, dan mental petarung. Bahkan oleh pendatang baru sekalipun.
Pandangan itu disampaikan Direktur Policy–plus (P-plus) Research and Consultan sekaligus bekas Kepala Ombudsman Perwakilan NTB, Adhar Hakim, saat menjadi narasumber Diskusi Politik Wajah Baru Kota Mataram di Moka Kafe, Rabu (26/6/2024) malam.
10 tahun mengampu jabatan di Ombudsman NTB, dia menyebut performa kepatuhan birokrasi di Pemkot Mataram tahun 2021 lalu, masih kalah dari Pemkot Bima. “Itu artinya birokrasi di Kota Mataram enggak bagus-bagus amat kok,” tegas Adhar.
Penilaian kepatuhan, jelasnya, merupakan bentuk pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik oleh Ombudsman yang bertujuan mendorong pencegahan maladministrasi, dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Dari catatannya, pelayanan yang banyak dikeluhkan di Kota Mataram menyangkut RSUD, dan komunikasi terbuka pemerintah daerah melalui layanan website sama sekali tidak terkini. “Kalau di Kota Bima itu, jika kita buka website pemerintah daerahnya, tiap menit selalu bisa gonta-ganti informasi layanan yang dibutuhkan masyarakat,” paparnya.
Potret kepala daerah yang berhasil dan berprestasi, ulasnya, adalah yang mampu menuntaskan persoalan pelayanan publik di wilayahnya. Dia mencontohkan Tri Risma di Surabaya, Azwar Anas di Banyuwangi, Ridwan Kamil di Bandung, dan Joko Widodo di Kota Solo.
Mohan Roliskana, ungkapnya, sempat menjadi Wakil Wali Kota dua periode di era pemerintahan sebelumnya. Mohan dipandang belum ada lompatan kebijakan atau program baru yang dijalankan. Misalnya tahun 2023 lalu PAD di sekitar parkir hanya mencapai Rp9 miliar, padahal targetnya Rp11 miliar.
“Kalau penantang cermat, sektor pelayanan publik dan pendapatan daerah yang tidak mencapai target ini yang harusnya dijadikan modal jualan untuk bisa mengalahkan petahana,” sarannya.
Akademisi Universitas Mataram (Unram), Prof. Kurniawan, berpendapat politisi di Mataram harus belajar banyak ke Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Sebab, tiga kali kalah dalam Pilpres, Prabowo tidak lelah bertanding.
Ketua Gerindra Kota Mataram, Abd Rachman, yang katanya siap tampil di Pilkada Mataram, harus berani menjual visinya. Jangan kayak sekarang, masih malu-malu dan takut-takut bertemu rakyat dan mengeksplorasi kemampuan. ”Pak Rachman tirulah Ketua Partai Anda, yang punya mental tarung itu,” serunya.
Bila merujuk komposisi kursi DPRD Kota Mataram saat ini, Partai Golkar selaku pemenang Pemilu 2024 hanya mengoleksi tujuh kursi. Sementara syarat mengusung paslon di Pilwalkot Mataram minimal delapan kursi.
Menurutnya, stok calon pemimpin di Mataram banyak. Ada Muhammad Zaini (Demokrat), Shinta Primasari (Ketua Demokrat Mataram), Nyayu Ernawati (Sekretaris DPC PDIP Mataram), Misban Ratmaji (Hanura) dan Husni Thamrin (PPP). Tinggal keberanian bertarung saja yang publik tunggu.
Lebih lanjut disampaikan, merujuk keterangan narasumber sebelumnya, elektabilitas Mohan Roliskana selaku petahana tidak linier dengan tingkat kepuasan Pemkot Mataram. Jika benar demikian, itu artinya potensi penantang untuk mengungguli petahana cukup tinggi.
Tinggal penantang harus menyiapkan program dan visi yang terukur, didampingi konsultan dan lembaga survei kredibel saat pemenangannya. “Tidak bisa melawan petahana tanpa ada data saintifik di tengah arus politik yang berubah saat ini,” pesannya. rul