KARANGASEM – Pergantian musim dari sebelumnya hujan menjadi cerah disertai dengan adanya terik matahari, membuat jentik nyamuk menjadi berkembang. Kondisi itu membuat kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Karangasem meningkat.
Pada triwulan pertama tahun ini, ada sebanyak 175 kasus yang terdata di Dinas Kesehatan Karangasem. Jumlah tersebut memang lebih sedikit dibanding triwulan pertama tahun 2022, tapi terjadi peningkatan cukup signifikan jika dibandingkan dengan tiga bulan awal tahun 2021 yang hanya 64 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Karangasem, I Gusti Bagus Putra Pertama, Senin (27/3/2023) menerangkan, jumlah kasus DBD sementara pada Maret tahun ini sebanyak 49 kasus. Angka tersebut tidak menutup kemungkinan bisa bertambah, mengingat bulan Maret belum berakhir. “49 kasus ini kan baru sampai tanggal 15. Jadi bisa saja melebihi data 2022,” jelasnya.
Kendati demikian, sejauh ini tidak ada masyarakat yang meninggal dunia karena terkena DBD. Namun, diakui masih ada warga yang dirawat karena terkena gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut. Menurut informasi yang didapat, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karangasem saat ini sedang dirawat tujuh pasien DBD.
Untuk mencegah semakin merebaknya kasus tersebut, Pertama mengaku melakukan sejumlah langkah. Misalnya melakukan fogging, dan mengaktifkan Pokja DBD di masing-masing desa. “Pokja ini diharapkan bisa berfungsi untuk mengedukasi untuk memberantas sarang nyamuk. Kalau sudah sarangnya kita berantas, nyamuk dewasa gampang (ditangani),” paparnya.
Dari banyaknya kasus tercatat, Kecamatan Karangasem menjadi wilayah dengan kasus dominan. Desa yang masih terdapat kasus tersebut dalam kurun waktu tiga tahun terakhir masuk dalam status endemis. “Tapi ada juga desa yang bersih dari kasus DBD selama tiga tahun terakhir, itu tergolong non-endemis,” pungkasnya. nad