Virus Corona Darurat Global, “Tinggalkan Yuan”, Keselamatan Rakyat Merupakan Hukum Tertinggi

POSMERDEKA.com, Marcus Tullius Cicero filsuf  Romawi Kuno, orator dengan keterampilan handal dalam retorika, pengacara, penulis pernah berujar  “Salus Populi Suprema Lex Esto” yang artinya, keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi.  Jika ditautkan dengan kebijakan pemerintah Jokowi menutup total penerbangan dari dan ke China adalah semata-mata menyelamatkan rakyatnya dari serangan virus corona. Termasuk Memulangkan 245 WNI di Provinsi Hubei adalah bagian dari “Salus Populi Suprema Lex”.

Kunjungan wisatawan China ke Bali tahun 2019 sebanyak 1.196.497 orang.  Sementara  data di Imigrasi Ngurah Rai Bali, total perlintasan turis Cina di Bali selama Januari 2020 sebanyak 118.673 orang. Jumlah yang datang ke Bali selama Januari 2020 sebanyak 61.880 orang. Dan China menempati urutan kedua setelah Asutralia untuk 10 besar suplai wisman ke Bali. Jumlah ini tentu sangat membantu pariwisata Bali yang biasanya bulan Januari low season.

Bacaan Lainnya

Praktisi hukum, Nyoman Sudiantara menilai, kebijakan yang diambil Presiden Jokowi, menutup penerbangan dari dan ke RRT,  bagian dari Salus Populi Suprema Lex-Keselamatan Rakyat Hukum Tertinggi.  “Pesan yang ingin disampaikan melalui keputusan itu adalah, Jokowi mau menyelamatkan rakyatnya di Indonesia dari virus mematikan, termasuk juga menyelamatkan warga negara Indonesia yang ada di Wuhan dengan memulangkan mereka. Untuk itu pihak-pihak yang masih ada keinginan mendulang Yen Tiongkok, menahan diri dan mencari pasar baru yang tentu punya potensi untuk Bali.  Virus corona sudah begitu berbahaya,” kata Nyoman Sudiantara saat diskusi di Denpasar, Minggu (2/2)

Baca juga :  Satu Desa di Tejakula Terjadi Transmisi Lokal Corona

Menurut pengacara senior ini,  justru yang jauh lebih tinggi adalah keamanan dan kesehatan masyarakat dibanding nilai devisa turis itu. “Saya menghimbau dengan begitu berbahayanya virus corona ini bagi manusia,  mestinya pelaku pariwisata harus menahan diri,  jangan hanya berfikir soal dolar atau devisa,  nyawa masyarakat jauh lebih penting untuk dilindungi, apalagi pemerintah China sendiri sudah melarang masyarakatnya bepergian keluar negeri selama virus ini belum teratasi. Keamanan, kenyamanan atau kesehatan masyarakat adalah yang paling penting,”imbau pria yang akrab disapa Ponglik.

Sementara Kementerian Perhubungan memutuskan melakukan penundaan penerbangan dari dan  ke seluruh destinasi di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) / Mainland China, tidak termasuk Hongkong dan Macau, hingga batas waktu yang akan ditentukan kemudian. Penundaan berlaku mulai hari Rabu, 5 Februari 2020 pukul 00.00 WIB.  “Penundaan sementara ini ditujukan untuk  melindungi masyarakat dari risiko tertular mengingat salah satu yang menjadi potensi masuknya penyebaran virus adalah akses transportasi udara yang erat kaitannya dengan keluar masuknya penumpang internasional,” tegas Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, di Jakarta (2/2).

Dengan keputusan ini, seluruh maskapai Indonesia diminta untuk menunda seluruh rencana penerbangan dari/ke seluruh destinasi di RRT sampai batas waktu yang akan ditentukan kemudian. Demikian pula maskapai asing  yang melakukan penerbangan dari RRT menuju Indonesia, termasuk penerbangan transit dari RRT, diminta untuk menunda sementara penerbangan menuju Indonesia.

Pemerintah meminta maskapai nasional maupun asing untuk mempersiapkan diri dengan  tetap mengutamakan kepentingan konsumen dan menyampaikan rencana penundaan sedini mungkin sesuai prosedur yang berlaku agar kerugian penumpang dapat diminimalisir.  Saat ini tercatat lima maskapai nasional yang mengoperasikan penerbangan ke RRT yaitu : Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, Lion Air dan  Sriwijaya Air.

Baca juga :  Pasca Pejabat Positif Covid-19, Sebanyak 98 Pegawai Pemkab Jembrana Jalani Rapid Test

Penutupan Penutupan sementara sampai batas waktu yang tak ditentukan memang berdampak terhadap kunjungan wisatawan China ke Indonesia, termasuk Bali sebagai salah satu pintu masuk melalui pesawat udara. Kebijakan ini mesti dipahami, bahwa ada resiko yang lebih besar dari sekedar dolar atau yuan kita  terima dari devisa turis. Karena pemerintah China sendiri juga juga tidak membolehkan warganya keluar. Kejadian ini pasti berlalu, hanya kita tak bisa memastikan kapan. Untuk itu pelaku pariwisata di Bali segera membuat terobosan untuk menggarap market baru.

Turis Tiongkok tahun 2019 hampir mendekati angka 1,2 juta, hampir sama pula dengan kunjungan turis Australia ke Bali atau 30 % dari total tamu mancanegara. “Tentu akan ada kekhawatiran accupancy ke depanya. Kami berharap dengan langkah cepat yang diambil pemerintah Tiongkok virus ini segera dieliminasi bahkan dihilangkan. Sehingga iklim pariwisata di Bali kembali membaik,”kata Ricky, Ketua Sanur Hotel Forum beberapa waktu lalu

Sebagai insan pariwisata pihaknya sangat beremphaty dengan kejadian yang tidak pernah diduga. “Kita semua tentu prihatin. Bali yang hamper 30 % tamunya dari daerah China akan berdampak. Dan ini tidak bagus untuk pariwisata Bali ke depan, khususnya untuk kunjungan wisatawannya,”kata Ricky sembari berharap agar wabah tersebut jangan sampai ke Bali karena bisa mempersulit program pemulihan kunjungan wisatawan. “Kita tetap berdoa yang terbaik, sambil berusaha meningkatkan pasar-pasar, baik yang sudah ada maupun pasar yang baru,”ucapnya.

PRESIDEN PIMPIN RATAS DI PANGKALAN TNI AU

Sebagai Kepala Negara Presiden Joko Widodo mengambil langkah cepat menyusul WHO menetapkan Darurat Global. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini langsung memimpin rapat terbatas bersama jajarannya begitu tiba di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu, (2/2/2020). Dalam rapat tersebut dibahas soal evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menyusul wabah virus korona yang melanda negara tersebut. “Baru saja rapat terbatas yang dipimpin oleh Bapak Presiden dilakukan di Bandara Halim Perdanakusuma,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat memberikan keterangan pers seusai rapat.

Baca juga :  Puncak Pujawali Pura Luhur Medang Kamulan Dihadiri Berbagai Umat Dari Nusantara

Dalam keterangannya, Retno menyampaikan beberapa hal yang dibahas dalam rapat tersebut. Pertama, sejumlah 243 orang, termasuk 5 orang Tim Aju (tim pendahulu) yang dipulangkan dari Wuhan, Provinsi Hubei, RRT, telah tiba dengan selamat di Natuna. “Mereka akan melalui masa observasi selama 14 hari. Masa observasi ini juga akan dilakukan oleh 42 tim penjemput WNI dari Wuhan, sehingga total orang yang akan menjalankan observasi adalah 285. Sampai saat ini alhamdulillah mereka dalam kondisi sehat,” jelas Retno.

Kedua, Retno mengatakan bahwa Menteri Kesehatan bersama dengan tim akan membuka kantor di Natuna. “Juru bicara dari Menteri Kesehatan dari waktu ke waktu akan menyampaikan update perkembangan,”kata Menteri Retno.

Ketiga, Retno menyebutkan, penerbangan langsung dari dan ke daratan RRT ditunda untuk sementara mulai hari Rabu, 3 Februari 2020, pukul 00.00 WIB. Keempat, lanjut Retno, semua pendatang yang tiba dari daratan RRT dan sudah berada di sana selama 14 hari, untuk sementara tidak diizinkan untuk masuk dan melakukan transit di Indonesia. Kelima, kebijakan pemberian fasilitas bebas visa kunjungan dan visaon arrival_ untuk warga negara RRT yang bertempat tinggal di daratan RRT untuk sementara dihentikan. “Keenam, pemerintah meminta warga negara Indonesia untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke mainland China,” tandasnya 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.