POSMERDEKA.COM, MATARAM – Anak muda harus mengambil peran maksimal dalam kontestasi politik Pemilu 2024. Sebab, pilihan anak muda sebagai pemilih terbesar pada pemilu ini, akan sangat menentukan wajah pemimpin masa depan Indonesia. Karena itu anak muda milenial dan generasi Z harus cerdas dan kritis dalam menentukan pilihan.
Hal itu yang mengemuka dalam diskusi yang digelar DPC GMNI Kota Mataram di Universitas Mataram pada Jumat (8/12/2023). Sebagai pembicara, Dekan FH Unram, Dr. Lalu Wira Pria Suhartana; pengamat politik UIN Mataram, Dr. Agus, pemuda milenial, Seno Bagaskoro; dan dipandu moderator Yusril Ihza Mahendra.
Agus membuka diskusi dengan memaparkan data hampir 90 persen pejabat yang melakukan korupsi di Indonesia, adalah mereka yang jadi pejabat lewat pemilihan langsung. Baik di eksekutif maupun legislatif. ‘’Kenapa bisa begitu, jawabannya adalah karena publik tidak pandai menyeleksi calon pemimpin yang punya integritas pada saat pemilu. Pejabat yang terpilih itu adalah mereka yang tidak berintegritas, ketika sudah menjabat ya korupsi,’’ ucap Agus.
Pada Pemilu 2024, sebutnya, terdapat harapan besar untuk bisa menyeleksi calon pemimpin yang berkualitas dan berintegritas. Harapan itu ada pada anak muda, sebagai pemilih terbesar mereka bisa menentukan wajah pemimpin ke depan. ‘’Susah kita berharap pada orang-orang yang sudah terkontaminasi dengan politik pragmatis dan transaksional. Maka pada anak muda lah tempat kita berharap, yang belum terkontaminasi politik transaksional dan pragmatis, untuk melahirkan pemimpin yang berintegritas ini,’’ jelasnya.
Seno Bagaskoro mengungkapkan aspek politik dengan pemimpin muda. Menurutnya, pemimpin muda itu tidak hanya sekadar sebatas usia saja. Tapi juga ukuran pemuda itu bisa dilihat dari keberanian dan gagasannya. ‘’Kepemimpinan anak muda itu adalah kepemimpinan yang berani bicara lantang, berani beradu gagasan,’’ tegasnya.
Menurut Seno, representasi anak muda itu ada dua jenis. Ada yang simbolik dan ada yang substantif. Simbolik itu menggambarkan fitur yang sifatnya fisik, biologis, usia. ‘’Nah pada saat bicara mengurus 270 juta, maka sisi substantif yang paling penting, misal apa gagasan yang dimiliki untuk membawa masa depan Indonesia,’’ kata Seno.
Anak muda, kata Seno, terbiasa dengan apa yang disebut budaya kritis, diskusi. Berani bicara lantang, bukan justru yang menghindari ruang-ruang diskusi publik. Seno meminta publik membaca siapa di antara tiga paslon tersebut yang mampu merepresentasikan semangat anak muda itu.
‘’Kita lihat saja sekarang dari calon yang ada, apakah setiap calon merepresentasikan semangat muda itu? Berani datang ke kampus berdiskusi menguji gagasan, di luar debat resmi KPU. Di kampus itu terjadi juga ruang ujian gagasan, ini yang netral, terbuka. Ini yang saya rasa menjadi tampilan politik anak muda,’’ bebernya.
Lalu Wira Pria Suhartana memaparkan substansi anak muda dari perspektif hukumnya. Bagaimana mahasiswa harus bisa berpikir kritis terhadap kondisi bangsa dan masyarakat. ‘’Mahasiswa itu dilatih untuk berpikir kritis, ideologis, tidak mudah terombang-ambing, tapi punya pendirian kuat, dan berpihak pada kepentingan rakyat,’’ tandasnya. rul