POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Prosesi keagamaan unik dilakukan setiap Purnamaning Kapat (kalender Bali) di Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana, Gianyar. Akulturasi antara tradisi Konghucu dan Hindu Bali menyatu dalam harmoni dan kebersamaan selama puluhan tahun, setiap dilaksanakan piodalan di Cong Poo Kong Bio (konco) Gianyar.
Berdirinya Cong Poo Kong Bio, tempat ibadah Konghucu bagi warga Tionghoa di Gianyar, sejak ratusan tahun silam. Dipercaya pada saat itu, Batara yang berstana di Pura Ulun Danu Batur melakukan perjalanan suci ke Pantai Masceti, Blahbatuh, Gianyar. Beliau sempat singgah di tempat yang sekarang menjadi lokasi Cong Poo Kong Bio.
Waktu singgah tersebut terjadi hujan yang hanya terjadi seluas area konco. Maka dari itu, dibangun sebuah pengingat di area yang terjadi hujan, dan berkembang menjadi konco seperti saat ini oleh warga-warga keturunan Tionghoa di Gianyar.
Keberadaan Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana yang beralamat di Jalan Dipta No 14 A Gianyar ini erat kaitannya dengan Ratu Subandar di Pura Ulun Danu Batur. Begitu pula dengan keberadaan warga keturunan China, yang zaman dulu banyak berprofesi sebagai pedagang dan ahli ekonomi.
Ketua Pemaksaan Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana, Gede Sugiharta, Kamis (17/10/2024), mengungkapkan, dalam pelaksanaan piodalan dan upakara memadukan budaya Tionghoa dan Hindu Bali. Selain tradisi Konghucu yang menggunakan lilin, dupa, dan persembahan lainnya saat piodalan, juga melaksanakan bebantenan seperti piodalan di pura pada umumnya.
“Tahun ini, piodalan Cong Poo Kong Bio dan Pura Sri Sedana jatuh pada tanggal 17 Oktober 2024, atau setiap tanggal 15 bulan 9 Tahun Imlek atau Purnamaning Kapat dalam sistem kalender Bali. Berlangsung selama empat hari hingga penyineban pada 20 Oktober nanti,” jelasnya.
Pemuput upacara di Cong Po Kong Bio adalah Bio Kong Sony Cendrawan, sedangkan Pura Sri Sedana dipuput oleh Ida Pedanda Gede Manuaba dari Griya Kekeran, Pasdalem, Gianyar.
”Sebelum puncak piodalan, juga dilangsungkan tari-tarian seperti Rejang Dewa, Baris Gede, Rejang Renteng, Rejang Sari, Tari Topeng dan Topeng Sidakarya, yang berkolaborasi antara Pemaksan Konco dengan warga Lingkungan Sangging,” ungkapnya.
Yang dipuja atau berstana di konco ini antara lain Dewa Cong Poo Kong (dewa perdagangan), Dewa Kwan Kong (dewa keadilan), Dewa Tan Hu Sin Jin (dewa arsitek), dan Dewa Cai Sen Ya (dewa uang).
Ditambahkan, jumlah pemaksan dari konco ini kurang lebih 120 KK. Sebagian besar warga Tionghoa yang berdomisili di Kecamatan Gianyar. “Tempat ibadah ini bukan hanya milik umat Konghucu, tapi juga masyarakat yang berkeyakinan untuk melakukan persembahyangan di sini,” pungkasnya. adi