POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Ribuan pemedek memadati Pura Agung Jagatnatha Denpasar pada Hari Raya Saraswati, Sabtu (16/12/2023) sejak pagi hingga malam hari. Para pemedek rerata masih berusia remaja.
Persembahyangan Pura Agung Jagatnatha Denpasar yang baru selesai dipugar itu berlangsung khusyuk. Saat itu juga dipentaskan sejumlah ilen-ilen wali yang dipersembahkan oleh sanggar seni di Kota Denpasar. Salah satunya, Sanggar Seni Githa Ayodya Kencana yang ikut ngayah nopeng.
Pegiat seni, Jro Mangku Gede Eka Jalentara, di sela-sela ngayah nopeng Pura Agung Jagatnatha Denpasar, mengungkapkan, hari raya Saraswati dalam ajaran Hindu mengandung makna turunnya ilmu pengetahuan sekaligus sebagai penghormatan terhadap Dewi Pengetahuan yaitu Dewi Saraswati. “Setiap Saniscara Umanis Wuku Watugunung bertepatan dengan hari raya Saraswati, dapat memberikan inspirasi bagi kita semua tiada henti-hentinya belajar sebagaimana disimbolkan dengan Genitri bahwa ilmu pengetahuan itu, tidak terbatas dan tidak akan ada akhirnya serta tidak akan habis untuk dipelajari,” ungkapnya.
Karenanya, sangatlah tepat di usia muda atau masa brahmacari sangatlah penting untuk menimba ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sangatlah penting untuk kehidupan manusia. ilmu pengetahuan itu tiada habis-habisnya untuk dipelajari.
“Hari raya Saraswati memiliki makna yang mendalam bagi umat Hindu. Selain menjadi momen untuk menghormati Dewi Saraswati, perayaan ini juga mengingatkan pentingnya pengetahuan, seni, dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pemahaman dan pengembangan pengetahuan, umat Hindu berharap dapat mencapai kesempurnaan spiritual dan intelektual,” imbuhnya.
Putu Nanda Kumara Putra selaku Ketua Sanggar Githa Ayodya Kencana, menambahkan, bahwa ilmu pengetahuan tidak saja didapat di sekolah, namun ilmu pengetahuan juga bisa di dapat di luar sekolah. Adapun tujuan dibentuknya Sanggar Githa Kencana Ayodha tersebut antara lain, mendapatkan tambahan pengetahuan, keterampilan dan wawasan serta membantu membentuk karakter sesuai dengan minat dan bakat masing-masing.
“Hari raya Saraswati diperingati setiap enam bulan sekali atau pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung. Hari Saraswati menjadi hari penting bagi umat Hindu, khususnya bagi siswa sekolah dan penggelut dunia pendidikan. Dewi Saraswati merupakan dewi yang menurunkan ilmu pengetahuan kepada manusia yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara dalam menjalani kehidupan,” ujarnya.
Selanjutnya, pada rahina Budha Kliwon Wuku Shinta, Rabu (20/12/2023), umat Hindu merayakan hari raya Pagerwesi. Jro Mangku Gede Eka Jalentara mengungkapkan, sebagaimana disebutkan dalam lontar Sundarigama, Pagerwesi yang jatuh pada Budha Kliwon Shinta merupakan hari payogan Sang Hyang Pramesti Guru diiringi oleh Dewata Nawa Sangga. Hal ini mengundang makna bahwa Hyang Premesti Guru adalah Tuhan dalam manifestasinya sebagai guru sejati.
Lebih lanjut dikatakan Jro Mangku Gede Eka Jalentara, pada hari raya Pagerwesi adalah hari yang paling baik mendekatkan Atman kepada Brahman. Ilmu pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan “pager besi” untuk melindungi hidup dan kehidupan manusia di dunia ini. Untuk melindungi hidup dan kegidupan manusia dari ancaman-ancaman yang dapat menjatuhkan martabat manusia hanya dengan cinta-kasih.
‘’Cinta-kasihlah pagar yang paling kuat sebagai perisai diri. Ilmu pengetahuan sejati itu dapat diwujudkan dengan sifat cinta-kasih. Tanpa cinta-kasih ilmu pengetahuan tersebut tidak akan berarti apa-apa bagi hidup dan kehidupan manusia,’’ ujarnya.
Dan, dalam menghadapi kehidupan ini, senjata yang paling utama untuk melindungi diri adalah ilmu pengetahuan. Ilmu yang kita peroleh lewat belajar di bangku sekolah formal maupun nonformal adalah pagar yang kuat untuk melindungi diri.
‘’Dalam bahasa yang sederhana adalah dengan kecerdasan yang dimiliki, umat mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, membantu diri terhindar dari kemelaratan, kebodohan, dan sebagainya,’’ ulas Jro Mangku Gede Eka Jalentara. tra