Jadi Tandem Duta PKB 2025, Sekaa Gong Anak Desa Adat Blangsinga Tampil Percaya Diri

SEKAA Gong Anak Desa Adat Blangsinga tandem dengan Seka Gong Praja Hita Swara Duta Gianyar di PKB 2025. Foto: ist
SEKAA Gong Anak Desa Adat Blangsinga tandem dengan Seka Gong Praja Hita Swara Duta Gianyar di PKB 2025. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Sekaa Gong Anak-anak Desa Adat Blangsinga menunjukkan performa memukau saat tampil di Saba Festival 2025, Sabtu (28/6/2025). Mereka tampil tandem dengan Sekaa Gong Praja Hita Swara Desa Adat Blahbatuh, yang merupakan duta resmi Kabupaten Gianyar untuk Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025.

Meski bukan sebagai duta, anak-anak Blangsinga tidak kalah atraktif dan percaya diri dalam menampilkan seni tabuh mereka. Sorak-sorai penonton pun menyambut hangat penampilan dua sekaa gong belia ini.

Bacaan Lainnya

Sebagai pembuka, Seka Gong Anak-anak Desa Adat Blangsinga membawakan Tabuh Telu Kreasi berjudul “Kumaraning Kesari”. Tabuh ini terinspirasi dari makna kata “Kumara” (anak-anak) dan “Kesari” (singa), yang melambangkan keberanian, kekuatan, dan jiwa kepemimpinan. Filosofi ini diolah secara musikal untuk menggambarkan harapan terhadap generasi muda, agar tumbuh sebagai pribadi tangguh yang tetap menjunjung nilai-nilai luhur budaya Bali.

Sekaa Gong Praja Hita Swara membawakan Tabuh Kreasi Baru berjudul “Dharani Nasi”. Komposisi ini menggambarkan energi bumi (dharani) sebagai sumber kehidupan yang memberi keberlanjutan pada seluruh makhluk. Alunan gamelan mereka membentuk narasi musikal yang mendalam sekaligus spiritual.

Baca juga :  Camat Dentim Pantau Penanganan Sampah di TPS Yangbatu

Pertunjukan dilanjutkan dengan Tari Kebyar Duduk yang dibawakan anak-anak Blangsinga, menonjolkan gerakan dinamis, ekspresif, dan penuh karakter. Sebagai penyeimbang, anak-anak dari Praja Hita Swara menghadirkan Tari Cendrawasih, tarian penuh kelembutan dan keanggunan yang mengisahkan keindahan burung surga.

Tak kalah memikat, generasi muda Desa Adat Blangsinga kembali tampil dalam Tari Jual Manis, dengan karakter tegas namun tetap menampilkan kelembutan dan estetika tari tradisional. Sebagai penutup, Praja Hita Swara mempersembahkan “Dolanan Gayung Batu”, pertunjukan inovatif yang menggabungkan unsur tari, permainan tradisional, dan dialog anak-anak dalam suasana riang dan edukatif.

I Wayan Kader, Ketua Panitia Saba Festival, sekaligus pengamat seni karawitan, menyampaikan apresiasinya. “Penampilan anak-anak luar biasa, ini adalah semangat baru bagi generasi tua. Kami sempat khawatir seni akan ditinggalkan di tengah arus teknologi, tapi kekhawatiran itu sirna saat melihat anak-anak begitu menghayati apa yang mereka mainkan,” ujarnya.

Dia menambahkan, Saba sebagai salah satu gudang seni di Gianyar, kini mendapat angin segar lewat regenerasi seni yang kuat. “Alunan tabuh dan rasa yang mereka bangun benar-benar menggetarkan jiwa,” tutupnya. adi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.