DENPASAR – Kelahiran paket Diatmika-Muntra, antara lain, didorong oleh tiga mantan Bupati Badung, yakni IGB Alit Putra, I Wayan Subawa, dan AA Gde Agung. Sayang, paket itu layu sebelum berkembang karena Partai Golkar, sebagai kekuatan terbesar dalam KRBB, memilih bergabung dengan petahana Giriasa. Terhadap kenyataan itu, Alit Putra dan Gde Agung ogah memberi komentar.
Alit Putra yang dihubungi, Senin (31/8/2020) mengaku tidak mau ikut campur lagi dengan situasi Pilkada Badung dengan alasan ingin istirahat dari politik praktis. Dia mengakui sebelumnya memang ada mendorong agar muncul calon pesaing petahana, dengan pandangan supaya demokrasi kontestasi di Badung tetap berjalan. “Niatnya itu jangan sampai ada kotak kosong. Kalau dapat calon, siapa tahu demokrasi tetap jalan. Selebihnya saya tidak mengikuti lagi,” tutur Bupati Badung periode 1990-2000 tersebut.
Lebih lanjut diutarakan, ide untuk mencari calon penantang itu lahir saat bertemu dengan Gde Agung dan Subawa yang sama-sama sebagai mantan Bupati Badung. Saat dimintai saran saat ngobrol-ngobrol itu, sambungnya, mereka berembuk untuk mencari figur yang sedikit banyak bisa diterima masyarakat. Siapa tahu ada sosok yang berani tampil sebagai bakal calon Bupati.
“Maunya dapat calon, sudah dapat, ehh ternyata tahunya tetap kotak kosong juga. Saya tidak komentarlah soal itu lebih jauh, sekarang mau fokus untuk kegiatan sosial saja,” pungkas mantan Wagub Bali era Gubernur Dewa Made Beratha tersebut
Gde Agung yang sedianya dimintai tanggapan, juga tidak bersedia memberi komentar. Mengaku usai rapat pleno virtual Komite 3 DPD RI, dia enggan menanggapi manuver Golkar di Badung tersebut. “Mohon maaf, tidak ada komentar. Suksma,” tulis Bupati Badung periode 2005-2015 itu melalui aplikasi Whatsapp.
Khusus Subawa, baik telepon ataupun chat lewat Whatsapp tidak direspons. hen