Hilangkan Stigma Buruk, RSJP Bali Ganti Nama Jadi RS Manah Shanti Mahottama

RUMAH Sakit Jiwa Pusat (RSJP) Bali di Kabupaten Bangli resmi berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Manah Shanti Mahottama (RS MSM). Foto: ist

POSMERDEKA.COM, BANGLI – Di usia ke-95 tahun, Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) Bali di Kabupaten Bangli resmi berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Manah Shanti Mahottama (RS MSM). Nama itu resmi diluncurkan pada Selasa (24/12/2024), dihadiri Penjabat Gubernur Bali, SM Mahendra Jaya; dan Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Arta, serta sejumlah undangan lainnya.

Dirut RS MSM, dr. Murdani, dalam laporannya mengatakan, RSJP Bali dibangun sesuai Keputusan Direktur Pekerjaan Umum Sipil Nomor A.37/8/15 tanggal 19 Desember 1929. Ini ditetapkan sebagai Hari Lahir RSJP Bali dengan Keputusan Gubernur Bali Nomor 791/03-B/HK/2023.

Bacaan Lainnya

Tanggal 19 Desember 2024, RSJP Bali menginjak usia 95 tahun. “Usia tersebut cukup tua dan terus berbenah serta meningkatkan dalam memberi pelayanan kepada masyarakat, khususnya layanan kesehatan jiwa,” sebutnya.

Lebih lanjut disampaikan, rebranding atau pergantian nama merupakan salah satu upaya manajemen mengurangi stigma negatif terhadap para ODGJ. Pun diharap dapat memudahkan dalam mengembangkan layanan-layanan baru, guna meningkatkan akses pelayanan kesehatan serta meningkatkan kemandirian rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Proses perubahan nama RSJP, sambungnya, melalui beberapa tahapan diskusi (FGD) dengan melibatkan instansi-instansi terkait di lingkungan Pemprov Bali, Pemkab Bangli, lembaga, akademisi, dan para tokoh masyarakat. Hasilnya adalah ada usulan nama-nama baru.

Baca juga :  Catat! Pemprov Bali Gratiskan Biaya Balik Nama Kendaraan Bermotor

“Dengan memperhatikan unsur adat, budaya dan agama dalam upaya pelestarian budaya, diputuskan nama baru Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali adalah Rumah Sakit Jiwa Manah Shanti Mahottama (RS MSM),” bebernya.

Stigma, terangnya, mempengaruhi seseorang dalam mengakses pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan jiwa. Stigma ini melekat kepada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) itu sendiri, juga lingkungan sekitar, khususnya masyarakat Bangli yang dihubungkan dengan gangguan jiwa.

“Kalau dulu orang menyebut nama Bangli pasti konotasinya dengan rumah sakit jiwa. Jadi, dengan branding kita harapkan bisa meningkatkan aksesibilitas layanan. Layanan kami ke masyarakat nanti tentu tidak dengan gangguan jiwa saja, melainkan secara umum,” ungkapnya.

Dalam memberi pelayanan, dia mendaku mempunyai dokter spesialis, sebut saja spesialis urologi, patologi dan lainnya. Dengan demikian, semua masyarakat Bali bisa mengakses layanan di sini. “Kami mempunyai layanan anak remaja yang berkebutuhan khusus, seperti kurang fokus, memerlukan keterampilan khusus. Mudah-mudahan bulan Januari 2025 layanan ini bisa kami buka,” pungkasnya. gia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.