BANGLI – Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Tidak terkecuali juga nasib para petani ikan di wilayah Danau Batur. Dampak pandemi Covid-19 yang paling dirasakan petani yaitu harga ikan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung (KJA) turun drastis.
Hal ini tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Mengingat harga pakan di pasaran tetap mahal. Seperti yang disampaikan I Made Antara salah seorang petani ikan di Desa Buahan, Kecamatan Kintamani, Bangli, Minggu (12/4/2020).
Menurut Antara, turunnya harga ikan ini telah dirasakan petani sejak beberapa pekan lalu. Kata dia, harga ikan saat ini dipasaran hanya laku terjual Rp25 ribu, sementara sebelumya harga ikan mencapai Rp28 ribu per kilogram. ‘’Dengan penurunan harga ini sudah jelas petani akan merugi,” ujarnya.
Menurutnya, penurunan harga ikan tidak lepas dari imbas dari merebaknya virus Corona, yang berakibat banyak restoran dan warung tutup lantaran sepi pembeli. Selain turun, petani juga mulai kesulitan untuk memasarkan hasil produksinya.
Pasalnya, masyarakat sekarang memilih untuk menghemat biaya, yang penting mereka bisa makan. Jadi ada kecendrungan soal protein urusan belakangan. ‘’Kalau situasinya seperti ini berlangsung lama, kita selaku petani ikan bisa ikut kelaparan,’’ ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikan, untuk mengurangi pengeluaran, pihaknya terpaksa mengurangi jumlah pakan. Katakan saja, untuk pemeliharaan ikan dengan jumlah 25 lubang, bisa menghabiskan pakan sekitar 20 kilogram per hari, dalam kondisi sekarang pemberian pakan hanya setengahnya saja.
‘’Untuk harga pakan saat ini mencapai Rp427 ribu per sak dengan isi sekitar 30 kilogram. Ini terpaksa kami lakukan untuk menghemat biaya produksi,” pungkasnya. 028