BADUNG – Ujian terbesar I Wayan Muntra sebagai kader Partai Golkar adalah saat harapannya menjadi kandidat Wakil Bupati Badung di Pilkada 2020, urung terwujud setelah Golkar memilih Giriasa yang direkomendasi. Meski “disakiti” seperti itu, Muntra menyatakan tetap setia kepada Golkar. “Sampai hari ini saya masih kader Golkar, masih jadi pengurus juga di DPD Partai Golkar Bali,” sebutnya saat dihubungi, Selasa (1/9/2020).
Muntra tak memungkiri ada rasa kecewa ketika aspirasi dia dan kader Golkar, yang berproses melalui Koalisi Rakyat Badung Bangkit (KRBB), tidak ditanggapi sesuai harapan oleh elite partai. Terutama bagaimana perjuangan meyakinkan akar rumput Golkar di Badung bahwa dia tak ada keraguan menantang petahana. Semua mekanisme juga dijalani, termasuk menjalin komunikasi dengan elemen lain untuk dijadikan sekutu. Meski kemudian hasil akhirnya jauh dari panggang dari api, dia memaknai itu sebagai pelajaran berharga dalam mengikuti kontestasi politik.
“Dari kejadian ini kita bisa belajar apa saja yang perlu dipersiapkan dengan matang seputar urusan strategis dan teknis. Buktinya, sudah mengikuti proses dan mekanisme saja bisa begini juga hasilnya kan?” kata mantan Ketua DPD Partai Golkar Badung tersebut retoris.
Setelah pengumuman rekomendasi di DPP Partai Golkar Jakarta, Minggu (30/8) lalu, Muntra mengakui bagaimana pendukungnya kecewa dengan keputusan elite partai. Hal itu ditumpahkan dengan menelepon serta mengirim pesan singkat ke dia, termasuk meluapkan unek-unek mereka di media sosial. Dia mendaku tidak bisa berbuat banyak atas situasi itu, karena dia merasa kader berhak kecewa dengan keputusan partai. Pun menilai luapan emosi kader itu sebagai pesan ke elite atas apa yang terjadi di bawah.
“Saya tidak ada menyuruh mereka begitu, tapi saya juga tidak bisa melarang. Masa orang dilarang-larang mengekspresikan kekecewaannya? Bisa-bisa mereka marah ke saya, dikira saya bagian dari skenario itu,” ulas notaris tersebut.
Ditanya sikapnya yang mengaku tetap setia dengan Golkar tapi pendukungnya emosi dengan keputusan partai, Muntra sempat terdiam. Kata dia, mestinya pertanyaan itu lebih tepat diajukan ke elite partai, bukan ke dia sebagai kandidat yang gagal dicalonkan. Alasannya, bukan dia yang menyebabkan situasi bergejolak ini terjadi sekarang.
Jawaban bernada diplomatis kembali disampaikan terkait sikap dia atas perintah partai untuk mengamankan rekomendasi ke Giriasa. “Yang jelas saya pribadi tetap setia dengan Golkar, karena saya sejak lama di Golkar, bukan baru kemarin. Soal sikap dan pilihan pendukung, itu di luar jangkauan dan kemampuan saya mengendalikan,” sahutnya kalem.
Adanya penilaian di luar bahwa keputusan Golkar di Badung terlihat elitis dan menafikan suara arus bawah, lagi-lagi Muntra tidak langsung menjawab. Menurutnya, keputusan ideal tentu adalah dengan lebih besar porsinya memperhatikan aspirasi kader. Hanya, dia buru-buru menambahkan, jika elite partai sudah memutuskan, dia tidak bisa berbuat banyak.
Muntra tidak menjawab lugas saat diminta tanggapan bahwa apa yang terjadi hari ini dapat menjadi investasi untuk karir politiknya ke depan. Dia bilang sementara waktu masih merenungkan situasi yang terjadi, belum memikirkan apa langkah berikutnya. “Sudahlah, itu urusan nanti, saya masih belajar menerima keadaan ini dulu. Kalau kecewa sih jelas kecewa,” ungkapnya.
Disentil apakah dia merasa dizolimi oleh Golkar, Muntra balik bertanya. “Kalau Anda dalam posisi saya, apakah Anda tidak akan merasa dizolimi? Berpolitik ya berpolitik, tapi menurut saya kita tetap harus pakai rasa dan etika. Yang jelas, jujur saya kecewa dengan keadaan ini,” pungkasnya. hen