Gali Batu Tabas, Warga Karangasem Tewas Tertimbun Longsoran

UPACARA pembakaran (makinsan di gni) jenazah I Ketut Arianta pekerja galian batu tabas yang tewas akibat tertimbun longsoran tanah di kawasan galian C wilayah Bukit Paon, Buwanagiri, Bebandem, Senin (10/12/2024). Foto: ist
UPACARA pembakaran (makinsan di gni) jenazah I Ketut Arianta pekerja galian batu tabas yang tewas akibat tertimbun longsoran tanah di kawasan galian C wilayah Bukit Paon, Buwanagiri, Bebandem, Senin (10/12/2024). Foto: ist

POSMERDEKA.COM, KARANGASEM – Seorang pekerja galian batu tabas di kawasan galian C wilayah Bukit Paon, Buwanagiri, Bebandem tewas akibat tertimbun longsoran tanah, Senin (10/12/2024). Korban bernama I Ketut Arianta, warga Banjar Dinas Bau Kawan, Desa Nawa Kerti, Kecamatan Abang, Karangasem tertimbun saat bekerja menggali batu tabas.

I Wayan Putu, mantan Perbekel Desa Nawa Kerti yang juga paman almarhum mengatakan, korban menggali batu tabas di wilayah galian di kawasan Bukit Paon, Desa Buwana Giri itu untuk dijual. Memang selama ini korban menyambung hidup sebagai buruh gali batu tabas. Dia bekerja berdua dengan rekannya bernama Pandu Sudarta.

Bacaan Lainnya

Pada saat mereka menggali, sebenarnya dalam kondisi hujan deras. Namun, mereka masih terus bekerja. Tiba-tiba ada aliran air hujan dari bagian atas mengalir ke arah lokasi mereka bekerja, sehingga terjadi longsor. Korban kemudian tertimbun longsoran.

“Rekannya sempat menghindar, saat ini kondisinya selamat. Sedangkan keponakan saya sempat tertimbun,” kata Wayan Putu.

Setelah kejadian, beberapa warga di sekitar lokasi kejadian ramai-ramai menggali longsor untuk menyelamatkan korban. Setelah tubuhnya ditemukan usai digali, warga melarikannya ke RS Bali Med Karangasem untuk mendapat pertolongan. Namun, takdir berkata lain. Korban dinyatakan meninggal dunia saat tiba di rumah sakit.

Baca juga :  PSSI Terima Permintaan RUPS Luar Biasa LIB dari 14 klub Liga 1, Termasuk Bali United

Wayan Putu menuturkan, korban sebagai penggali batu tabas di lahan milik orang. “Biasanya per satu truk dijual dengan harga Rp3 jutaan, dan hasilnya dibagi oleh pemilik lahan dengan pekerjanya yang sudah biasa beraktivitas di sana,” kisahnya dengan nada sedih.

“Kami sekeluarga sangat merasa sedih. Dan, hari ini (kemarin) korban akan dikebumikan di setra Pidpid,” pungkasnya. nad

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.