BANGLI – Tingginya nilai dolar AS terhadap mata uang rupiah bisa berdampak ke berbagai sektor ekonomi, tanpa kecuali bidang usaha skala kecil-menengah yang masih mengandalkan bahan baku impor. Usaha pembuatan tahu tempe salah satunya, dimana kedelai sebagai bahan baku utama hingga kini masih tergantung pasokan dari luar negeri.
Salah satu pengusaha tahu tempe di kawasan Banjar Umanyar, Desa Tamanbali, Bangli, Margianto, mengungkapkan, kenaikan harga kedelai sudah terjadi sejak sebulan terakhir. Harga kedelai grosir yang biasanya dibeli seharga Rp6.000 hingga Rp 7.000 per kilo sekarang sudah menyentuh Rp8.500 sampai Rp 9.000 per kilo.
‘’Kenaikan harga kedelai saat ini merupakan kenaikan tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya menyentuh Rp7.000 per kilo,’’ jelas Margianto, Senin (20/4/2020).
Margianto yang sudah puluhan tahun menekuni usaha pembuatan tahu tempe, mengaku bingung menyiasasti kenaikan harga kedelai import ini. Mengingat belakangan ini persaingan usaha tahu begitu ketat, jadi dirinya tidak mungkin untuk mengangkat harga terlalu signifikan. Paling nanti, kata dia, akan mengurangi ukuran tahunya. “Cuma ini satunya-satunya yang bisa lakukan untuk menutupi pengeluaran yang terlalu besar,” sebutnya.
Dia lanjut menambahkan, di tempat usahanya menghabiskan sekitar 3 kwintal kedelai. Dijelaskan, untuk produksi selama ini dijual di wilayah Kota Bangli, Pasar Kintamani dan pasar lainnya. Dimana, untuk harga jual mencapai Rp50 ribu per jerigen. ‘’Kita baru bisa melayani pasar lokal saja,’’ kata pria asal Belitar ini. 028