Corona Merebak, Unhi Kembangkan Teh Herbal untuk Daya Tahan Tubuh

KETUA Inbis Unhi, Ida I Dewa Ayu Yayati Wilyadewi, menunjukkan teh herbal karya dosen Unhi. Foto: istimewa
KETUA Inbis Unhi, Ida I Dewa Ayu Yayati Wilyadewi, menunjukkan teh herbal karya dosen Unhi. Foto: istimewa

DENPASAR – Salah satu upaya untuk menghindarkan diri dari serangan virus termasuk virus Corona yang tengah merebak saat ini adalah dengan menjaga imunitas atau daya tahan tubuh.Banyak ramuan herbal yang bisa dimanfaatkan untuk hal ini, termasuk herbal tea (teh herbal) yang tengah dikembangkan oleh Inkubator Bisnis (Inbis) Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar.

Rektor Unhi, Prof. Dr. Drh. I Made Damriyasa, MS, Senin (23/3/2020), mengatakan saat ini Inbis Unhi mengembangkan teh herbal yang dibuat bedasarkan referensi lontar Usada atau pustaka pengobatan tradisional Bali. Teh ini terbuat dari daun pepaya yang dikombinasikan dengan daun meniran, daun piduh/pegagan, cengkih, kunyit putih, jahe, serta daun kejangutan, serta bahan lainya. Bahan-bahan tersebut mudah didapatkan di Bali dan sejak lama sebetulnya sudah dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

Bacaan Lainnya

Ia menyampaikan, saat ini ramuan teh herbal tersebut sedang dilakukan pengujian bahan yang terkandung di dalamnya. Dikatakan, masing-masing bahan memiliki kandungan yang spesifik. Misalnya, daun pepaya mengandung enzim papain, kemudian bahan lainnya mengandung zat-zat sepertiantioksidan, plavonoid, serotin, saponin. Setelah diramu, berapa komposisi kandungan dari masing-masing bahan yang sudah ditentukan itu akan melalui proses uji laboratorium. Sebelum dipasarkan, tentunya pula harus melalui perizinan.

Baca juga :  Selama Belajar di Rumah, Guru Tidak Pindahkan Beban Mengajar Kepada Orang Tua

“Ini bukan obat untuk virus Corona, tetapi ramuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Karena setelah dipelajari dari berbagai referensi termasuk dari lontar Usada, ini mampu meningkatkan ketahanan tubuh, tidak gampang terkena flu, tidak gampang terinfeksi oleh virus, bakteri dan sebagainya,” jelas Damriyasa.

Ia mengatakan, dengan situasi seperti saat ini, banyak masyarakat meramu sendiri bahan-bahan herbal di rumahnya untuk dijadikan jamu atau loloh. Sayangnya, racikan itu dibuat sendiri tanpa mengetahui apa yang terkandung di dalam bahan herbal tersebut, termasuk bagaimana takarannya. Misalnya jahe, yang manak kalau terlalu banyak malah bisa menyebabkan iritasi pada tenggorokan. Selain itu, dalam proses pembuatannya juga perlu memperhatikan kebersihan.

“Jadi, hal ini yang perlu kami sampaikan kepada masyarakat. Dalam situasi saat ini, yang diperlukan adalah bagaimana meningkatkan daya tahan tubuh, dengan bahan dan takaran yang tepat. Untuk menjaga daya tahan tubuh, tentu tidak bisa hanya mengandalkan ramuan tradisional, namun perlu istirahat yang cukup, olahraga yang cukup, dan makan yang cukup,” pesan Prof. Damriyasa.

Peracik dari teh herbal ini,I Nyoman Sridana, S.Kes.H, M.Si, menyampaikan, salah satu pustaka tradisional yang memuat khasiat akan bahan-bahan herbal tersebut yakni Geguritan Sugita. Menurutnya, dari lontar ini diketahui bahwa beberapa bahan alami seperti daun pegagan, meniran, dan kunyit putih memiliki antioksidan tinggi. Selain itu, plavonoid dan saponin yang terkandung di dalamnya bagus untuk membersihkan ginjal dan paru-paru.

Baca juga :  Katana dan Scoopy Tabrakan di Tabanan, Satu Tewas dan Lima Luka-luka

“Teh herbal ini baik dikonsumsi tiga kali sehari sebelum makan. Untuk merasakan khasiatnya, setidaknya dua sampai tiga hari setelah pemakaian rutin,” ujar dosen Prodi Kesehatan Ayurweda Unhi ini. rap

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.