Oleh: Erizeli Jely Bandaro
AMERIKA punya kebijakan soft power menghadapi rezim di Timur Tengah yang tidak patuh dengan kebijakan luar negerinya. Soft power itu diperkenalkan oleh Obama, yang melahirkan gelombang aksi demontrasi besar besaran menjatuhkan rezim yang berkuasa. Itu dikenal apa yang disebut dengan Arab Spring.
Sahabat saya analis investasi di Hong Kong punya pendapat agak sama dengan itu untuk China. Namanya China winter.
Tujuannya adalah menggoyang Ekonomi negara yang pro kepada Amerika dalam Trade War, sekaligus menciptakan shock di jantung kapitalis Wallstreet dan London.
Apa yang disebut dengan China Winter? Menciptakan propaganda kolosal terhadap virus corona, yang diawali pada puncak Winter di China. Itu tidak datang mendadak tetapi by design dilaksanakan.
Mengapa dipilih winter ? karena saat itu terjadi arus orang kota ke desa yang luar biasa besarnya untuk mengisi liburan nasional selama dua minggu.
Saat kota Wuhan di lockdown dalam rangka karantina di rumah, rakyat China panik. Pada waktu bersamaan pemerintah China memberikan secara detail turunan gonom dari virus corona itu ke WHO dan pusat Lab virus di AS dan Eropa. Sehingga secara medis dapat dipahami sebagai wabah, bukan hanya China terancam tapi dunia.
Secara ilmiah sulit dipahami bagaimana secepat itu China bisa memberikan detail virus itu pada saat diumumkan Lockdown kota Wuhan? Tapi orang tidak melihat kesana. Kepanikan secara ilmiah terjadi dan mendunia , menjadi kepanikan rasional. Informasi dari berbagai media massa masuk dalam jebakan yang semakin melancarkan agenda China menciptakan kepanikan dunia*. Orang mulai kehilangan harapan. Bursa saham di seluruh dunia jatuh.
Tapi menurut data teman saya, terjadi aksi beli saham di bursa Hong Kong, China, London, AS, justru datang dari SPC yang terhubung dengan China Investment Corporation. Mereka membeli saham disaat harga jatuh.
Kabut propaganda itu mulai tersibak di saat bursa London dan wallstreet mulai reabond setelah tanggal 23 Februari China kembali mengizinkan pabrik mulai produksi. Puncaknya awal maret kota Wuhan sudah tidak lagi masuk siaga satu.
Salah satu RS yang dibangun khusus untuk korban virusC, sudah tidak lagi berfungsi karena sudah diatas 50% bisa disembuhkan. Dalam waktu dekat angkanya akan mendekati nol korban VirusC. Apalagi kemarin China sudah temukan Vaksin Anti Virus corona.
Lantas apa yang terjadi kemudian? Negara Eropa dan AS yang ekonominya digerakan oleh kelompok 500 fortune, kini sebagian besar sahamnya sudah pindah ke group CIC. Kalau China sudah jadi pemegang saham pengendali, maka kebijakan politik AS dan Eropa juga sudah dalam kendali China.
Maklum walau mereka segelintir namun sumbangan pajak mencapai 60%. Money talk everything. Setidaknya karena adanya wabah VirusC, China mendapatkan keuntungan. Persatuan bangsa semakin kokoh dan citra PKC semakin meningkat. Pada waktu bersamaan China akan leading dalam mengarahkan kebijakan dunia yang lebih damai atas dasar kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan.
Kita bersyukur punya menteri kesehatan berlatar belakamg militer. Tentu dia sangat paham yang disebut dengan perang geopolitik dan geostrategis dalam dunia militer, menggunakan wabah sebagai serangan melemahkan mental bangsa.
Caranya menyikapi wabah virusC di China dengan relax, bukan tanpa alasan. Orang anggap dia menyederhanakan masalah. Tetapi memang masalahnya sederhana kalau kita tidak panik. Kalau kita panik, ekonomi melemah, ketergantungan kita pada asing semakin besar. Mau? be smart lah. (***)