DENPASAR – Ketua Koordinator Kelompok Ahli Pembangunan Provinsi Bali, Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS., menyayangkan perilaku oknum masyarakat yang membuang bangkai babi ke sungai. Menurutnya, perilaku itu malah memperburuk keadaan. Karena selain mencemari lingkungan, juga mempercepat penyebaran virus.
“Jadi perilaku membuang bangkai ke sungai, dan juga beberapa hari lalu ada Galungan, di sana merupakan media penyebaran virus ini. Karena Galungan ada tradisi memotong babi,” katanya saat ditemui di Denpasar, Senin (9/3/2020).
Untuk sementara, Rektor Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar ini menyarankan agar tidak membeli daging babi dan juga membeli bibit babi dari tempat yang tertular. “Memang aman dan tidak menular ke manusia, tetapi ini untuk mencegah agar virus ini tidak masuk ke wilayah yang tidak terkena,” bebernya.
Dikatakannya, melihat fenomena banyaknya babi mati yang diduga suspek Africa Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika, maka tindakannya adalah melakukan isolasi khususunya terhadap wilayah-wilayah yang belum tertular. “Virus ini sangat tahan sekali terhadap lingkungan,” ujarnya.
Menurutnya, penanganan kasus ini tidak cukup hanya melakukan penyemprotan disinfektan semata. Yang terpenting, kata dia, adalah lalulintas ternak ataupun fasilitas lain yang bisa membawa virus ini. “Saya harap dari pemerintah paling tidak membantu masyarakat peternak dalam biaya penguburan babi ini. Karena kalau dibuang ke sungai, itu malah memperparah keadaan,” pungkasnya. 019