POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Pandemi Covid-19 pernah membuat Desa Sidan, Gianyar berada dalam kondisi terpuruk. Namun, dengan semangat gotong royong dan inovasi berkelanjutan, desa ini berhasil bangkit menjadi desa mandiri pangan. Pun kini menjelma sebagai destinasi wisata berbasis budaya dan pertanian organik yang menginspirasi banyak pihak.
Kepala Desa Sidan, I Made Sukra Suyasa, Selasa (24/6/2025) mengatakan, Desa Sidan menunjukkan bahwa kebangkitan dari keterpurukan bisa diwujudkan dengan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan warisan budaya. Dia menuturkan, sejak tahun 2021, Desa Sidan mulai berbenah dengan membangkitkan kembali lahan subak seluas 70 hektar. Sekitar 35 hektar dari lahan tersebut ditanami padi organik, yang menghasilkan gabah hingga 6,2 ton per hektar. Hasil ini tidak hanya memperkuat ketahanan pangan, juga menggerakkan roda ekonomi lokal.
Melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Mertha Rahayu, Desa Sidan mendorong ekonomi sirkular. Beras organik hasil panen petani lokal dijamin pembeliannya oleh Bumdes, lalu didistribusikan ke toko sembako dan lembaga pemerintahan. Hal ini membuka jalur pemasaran yang luas dan berkelanjutan bagi petani.
Bumdes Mertha Rahayu juga mengelola Agroeduwisata Puspa Aman, sebuah wahana edukatif yang menjadi sarana belajar pertanian dan tempat rekreasi keluarga. “Di sini, pengunjung bisa menikmati berbagai produk olahan sehat seperti mi kelor, minyak VCO, bumbu masakan, keripik, dan tentu saja beras organik,” bebernya.
Upaya pelestarian lingkungan juga menjadi prioritas. Seluruh limbah desa dikelola dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), termasuk pengembangan tanaman biofarmasi yang menyerap tenaga kerja dan membuka peluang bisnis jamu tradisional. Desa Sidan bahkan memproduksi pupuk organik ramah lingkungan untuk menunjang pertanian berkelanjutan. Selain memaksimalkan pemanfaatan lahan, termasuk pekarangan rumah warga, untuk penanaman pangan sehat. Gerakan ini menjadikan Desa Sidan tidak hanya mandiri pangan, tetapi juga sehat dan berdaya dari akar rumput.
Lebih jauh diutarakan, Desa Sidan juga menonjol dalam pelestarian budaya. Puri Sidan yang berada di perbatasan Gianyar dan Bangli, kini resmi menjadi objek wisata unggulan. Arsitektur puri yang masih lestari sejak abad ke-18, menjadi daya tarik tersendiri. Keluarga puri di bawah kepemimpinan Penglingsir Anak Agung Gede Alit Astika, menyambut baik kolaborasi dengan pemerintah desa dalam pengembangan pariwisata budaya.
Puri ini bukan hanya bangunan bersejarah, tapi juga simbol asal-usul Desa Sidan. Dengan balutan tradisi dan nilai leluhur, Puri Sidan menjadi pusat kehidupan masyarakat sejak zaman nenek moyang. “Kini puri tersebut menjadi pusat perhatian dalam program pelestarian warisan budaya,” jelasnya.
Untuk memperkenalkan potensi desa lebih luas, sejak 2019 Desa Sidan menyandang status sebagai Desa Wisata. Tahun 2024, menggelar Sidan Heritage Festival yang menampilkan kekayaan budaya lokal, termasuk pertunjukan tari Bapang Barong, tradisi ngelawar, hingga kampanye wisata bersih. Festival ini menjadi panggung promosi Desa Sidan kepada wisatawan, sekaligus upaya mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan lingkungan.
Tak hanya itu, Desa Sidan kini tengah bersiap membangun homestay guna memfasilitasi wisatawan yang ingin menetap lebih lama. Kawasan wisata Kissidan Eco Hill, yang sebelumnya terbengkalai, kini telah dihidupkan kembali dan dilengkapi dengan wahana swing serta panorama alam persawahan yang menyejukkan.
“Desa Sidan juga mendukung program pemerintah dalam menggalakkan wisata bersih dengan mengurangi sampah plastik, dan melakukan penanaman pohon,” tandasnya. adi