Wayan Koster Masih Terkuat sebagai Calon Gubernur Bali Mendatang

MOMEN Wayan Koster (kanan) dan Nyoman Giri Prasta dalam suatu kesempatan. foto: ist

POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Pasaran bakal Gubernur Bali mendatang memang masih kelihatan sepi. Namun anggota Dewan Perwakilan Daerah (BPD) Mangku Pastika mengatakan melalui media sosial, Wayan Koster (Gubernur Bali periode 2018-2023) masih kelihatan paling siap melanjutkan masa jabatan kedua 2024-2027.

Hal itu dikatakan Mangku Pastika, saat berbiacara dalam sebuah forum di Denpasar belum lama ini. Ia konon ingin ikut mencari sosok pemimpin Bali ke depan. Tetapi banyak pimpinan partai di Bali menyatakan tidak siap, kecuali Wayan Koster sendiri.

Bacaan Lainnya

Sebuah team kecil di arus bawah, menjajaki masalah pemimpin Bali ke depan yang akan maju di Pilkada Bali 2024. Ternyata arus bawah di PDI Perjuangan Bali, juga banyak menjagokan Wayan Koster. Jika perlu berpasangan dengan Bupati Badung Nyoman Giri Prasta.

Media ini memang susah mendapat kofirmasi terbuka dari kalangan dan jajaran partai (PDI Perjuangan). Semua tutup mulut, dengan alasan itu kewenangan bosnya di Jakarta Ibu Megawati Soekarno Putri.

Kalau soal urusan calon Bupati atau Gubernur, pentolan PDI Perjuangan semua tutup mulut sebab hak prerogratif ada di Ketua Umum partainya. Mereka katanya menunggu dan tergantung keberpihakan alam dan lingkungan saja. Namun simpatisan PDI Perjuangan di akar rumput ternyata lebih terbuka.

Baca juga :  Ternyata Ini Penyebab Suara Dentuman di Sejumlah Daerah Termasuk Buleleng

Wayan Tirta yang lima tahun lalu menjadi Relawan KBS (Koster Gubernur Bali) menyatakan, ia lebih condong memasangkan Koster-Giri (Wayan Koster-Nyoman Giri Prasta) dalam pilkada Gubernur Bali. Tirta mengatakan, kalau ada lawan, kemungkinan hanya Ida Bagus Rai Mantra yang kini sudah terpilih sebagai anggota DPD-RI.

“Kalau Koster-Giri diusulkan ke Bu Bega, saya yakin beliau akan menyetujui, sebab kedua kader PDI-P ini sama-sama memiliki jaringan yang baik ke Pusat,” kata Tirta yang mantan Pengawas PDAM Badung itu. “Pokoknya PDI-P jangan main spekulasi yang aneh-aneh, kalau masih mau menang dalam pilgub Bali,” kata Tirta tegas.

Di balik itu, Ketua PHRI Badung AA Gde Ngurah Suryawijaya dari Kuta Utara, juga mengatakan hal serupa. Ia mengatakan, kalau PDI-P Bali salah pilih, akan kedodoran seperti pemilihan Presiden dan pileg belum lama ini. Sekarang anomali dalam pemilihan sangat berbeda, karena banyak pemilih baru yang kurang memahami sejarah perjuangan dan track record calon pemimpinnya sejak jaman reformasi.

Ketut Pande Krisnayana, simpatisan PDI-P asal Mengwi Badung juga sepakat jika Koster-Giri menjadi pemimpin Bali ke depan. Ia minta PDI Perjuangan solid di Bali, apalagi kepercayaan masyarakat dalam pileg kemarinmasih tinggi. Kini PDI-P menguasai lebiih dari 50 persen anggota parlemen di DPRD Bali. Semua daerah Kabupaten/Kota dimenangkan PDI-P, sekalipun capresnya kalah di mana-mana.

Baca juga :  Babak 6 Besar Liga 3 Bali di Jimbaran, Perseden Berpotensi Satu Grup dengan Tunas Muda dan PS Badung

Tokoh pegiat sosial kemasyarakat Wayan Murjana asal Baha Mengwi yang kini memiliki Warung Khusus Jamur — juga sepaham, bahwa kekuatan PDI-P di Bali terletak pada Koster-Giri. Ia menilai, dua kekuatan itu saling melengkapi karena gabungan antara ilmuwan/intelektual dengan praktisi politik.

Koster dalam jabatan pertama sebagai gubernur, banyak memliki legacy yang patut dibanggakan, seperti penataan Pura Besakih yang kini sangat megah. Perhatian terhadap Bendesa Adat, Pembangunan Tower di Buleleng, dan perhatian terhadap petani minuman khas Bali Arak. Rencana Pembangunan jalan tol dan Gedung Balai Budaya Bali di Klungkung.

Sebaliknya Giri Prasta juga memiliki jiwa dan semangat membantu masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada. “Saya setuju Koster-Giri diusulkan kalangan PDI-Perjuangan Bali,” kata Murjana yang kini menjadi Ketua Relawan salah satu calon Bupati Badung.

Media ini mendapatkan info di arus bawah, banyak yang ingin komentar soal pencalonan Gubernur Bali namun tidak mau menyebutkan nama dan identitas. Budaya “koh ngomong” masih melanda sebagian besar masyarakat Bali. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.