Sikap Tegas Disdikpora Badung Patut Ditiru, Pernah Tangani Kisruh Cabor Sepakbola Tingkat SMP Seperti Porsenijar Denpasar

PELATIH tim Perseden, Made Pasek Alit (kanan), Manejer Tim Made Diatmika (kiri) foto bersama dengan Wali Kota IGN Jaya Negara (kedua dari kanan) dan Ketua Umum KONI Denpasar IB. Toni Astawa, usai final Liga 3 Zona Bali 2022 yang dimenangkan Perseden. foto: dok

POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Ternyata kisruh cabor sepakbola tingkat SMP Porsenijar Kota Denpasar 2023, pernah terjadi di Kabupaten Badung. Hanya, penyelesainnya sangat berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Ibu kota provinsi Bali itu.

Dalam Porsenijar Badung saat itu, Tim sepakbola SMPN 1 Kuta dinyatakan menang WO (skor 3-0) atas SMP Soverdi. Perangkat pertandingan (wasit dan panpel) menyatakan SMP Soverdi kalah WO lantaran tidak membawa data (administrasi) para pemain saat pertandingan sebagaimana disepakati saat technical meettinng (TM) yang diikuti seluruh tim peserta.

Bacaan Lainnya

Tidak terima di-WO, SMP Soverdi mencoba protes dengan berbagai alasan. Upaya mereka pun sia-sia, lantaran sikap tegas Disdikpora Badung tak bisa mengakomodir keinginan SMP Soverdi.

”Kalau tidak salah, saat itu Porsenijar Badung tahun 2015/2016. Kebetulan saya jadi pelatih SMPN 1 Kuta,” ungkap Made Pasek Alit, pelatih yang baru saja membawa tim sepakbola Denpasar juara (medali emas) Porprov Bali XV/2022 dan juga mengantar Perseden Denpasar juara Liga 3 Zone Bali 2022.

Pasek Alit awalnya berpikir sikap tegas Disdikpora Badung akan ditiru Disdikpora Denpasar dalam menuntaskan kisruh pertandingan SMPN 7 vs SMPN 9. ”Tapi nyatanya sangat berbanding terbalik. Justru SMPN 9 yang sudah kalah WO, malah dimenangkan lewat undian sehingga berhak lolos ke babak selanjutnya,” sesalnya.

Baca juga :  Ini Skuat Indonesia di All England 2021

Keputusan kontroversial dari pihak Disdikpora Denpasar, tambah Pasek Alit, tidak hanya mencederai nilai-nilai sportfitas olahraga itu sendiri, tetapi sudah merusak mental para pemain usia dini.

”Apa Disdikpora Denpasar tidak pernah berpikir bagaimana mental para pemain SMPN 7 setelah dinyatakan kalah undian, bagaimana juga kekecewaan para orang tuanya,” imbuh pelatih yang akan menangani tim Pra-PON Bali ini.

Kisruh cabor sepakbola tingkat SMP Porsenijar Denpasar pernah terjadi di Badung, juga dibenarkan salah satu pemerhati sepakbola, AA. Ardika yang akrab disapa Gung Kang. ”Ya memang benar kata Made Pasek Alit, tapi penyelesaiannya tidak seperti yang di Denpasar lantaran sikap tegas Disdikpora Badung yang tunduk pada aturan,” ujarnya.

Pria yang juga koordinator Garuda Anak Bangsa (GAN) ini itu juga mengaku miris, sebab langkah-langkah yang diambil Disdikpora Denpasar melabrak aturan laws off the game FIFA yang sudah baku, juga hasil TM yang disepakati seluruh tim peserta.

”Wajar saja kasus pertandingan SMPN 7 vs SMPN 9 menjadi polemik berkepanjangan, karena sikap Disdikpora Denpasar di luar rul yang sebenarnya (melabrak aturan). Jika Disdikpora Denpasar tegas mengikiuti keputusan panpel yang sudah sesuai dengan aturan yang disepakati saat TM, pastinya tidak akan ada kisruh ini,’ tegas Gung Kang.

Dilansir dari balitren.com, Disdikpora Denpasar mengakui jika SMPN 9 melanggar aturan saat mengawali laga perdana dengan SMPN 7, Disebutkan, sejak awal memang SMPN 9 tak lengkap membawa data administrasi sebagai syarat pelajar sah menjadi pemain Porsenijar Denpasar 2023.

Baca juga :  Ratusan Pelaku Pariwisata di Lombok Barat Kembali Divaksin

Akibat pelanggaran regulasi Porjar yang disepakati di TM ini, panpel dan perangkat pertandingan di lapangan mem-walk out (WO) SMPN 9 dengan skor kalah 0-3 dari SMPN 7 pada laga sepakbola SMP di Lapangan Pegok, Denpasar Minggu 9 April 2023. ”Sudah tahu begitu, kenapa tetap dibiarkan lolos. ada apa ini?,” tanya Gung Kang.

Seperti diberitakan sebelumnya, SMPN 7 dinyatakan menang WO (3-0) atas SMPN 9 saat kedua tim dijadwalkan bertanding di Lapangan Arga Soka Pegok, Minggu (9/4/2023). Tim SMPN 9 dinyatakan kalah WO lantaran tidak membawa data (administrasi) para pemainnya secara lengkap.

Sesuai aturan yang telah disepakati saat pertemuan teknik (technical meetting), akhirnya perangkat pertandingan (wasit dan panitia) memutusakan memberi kemenangan SMPN 7 dengan skor 3-0 alias WO. Keputusan resmi panitia tertuang dalam laporan pertandingan. ”SMPN 9 dinyatakan kalah WO dikarenakan tidak melengkapi administrasi pemain saat pertandingan.”

Tapi keesokan harinya Senin (10/4/2023), keputusan resmi pihak panpel dianulir pihak Disdikpora Denpasar, setelah diawali dengan pemanggilan kedua kepala sekolah (SMPN 7 dan SMPN 9) dengan harapan kedua tim melakoni tanding ulang. Tapi tim SMPN 7 menolak tanding ulang, mereka ngotot aturan yang disepakati saat TM ditegakkan.

Sayang Disdikpora tidak mau tahu soal aturan yang disepakati seluruh tim saat TIM (technical meetting). Aturan tetap dilabrak hingga ahkhirnya dilakakukan ”undian paksa” untuk menentukan kemenangan antara SMPN 7 dan SMPN 9. Entah kebetulan atau karena faktor X, ujung-ujungnya SMPN 9 menang undian.

Baca juga :  Gelar Gertak Kebersihan Lingkungan, Cara Jitu Desa Penatih Dangin Puri Putus Penularan Covid-19 dan Cegah DBD

Munculnya dualisme keputusan hasil pertandingan antara SMPN 7 dengan SMPN 9 menuai sorotan tajam dari insan sepakbola Denpasar, juga Bali dan bahkan nasional.

Tetapi hampir semuanya berpendapat bahwa keputusan awal lebih tepat karena sudah sesuai dengan aturan yang disepakati seluruh tim peserta saat TM, yang mana SMPN 7 menang WO lantaran lawannya (SMPN 9) tidak membawa data (adimistrasi) pemain saat pertandingan. yes

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

1 Komentar

  1. Kalau sudah semua upaya sudah buntu, satu satu cara, harus diadukan ke Walikota ini,, Jika dibiarkan akan menjadi hal yg contoh buruk terhadap sekolah sekolah yg lain.