Sekjen Tersangkut Korupsi, Mundur Caleg Nasdem Ada Justifikasi

AKADEMISI Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, DR. Nyoman Subanda. Foto: ist
AKADEMISI Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, DR. Nyoman Subanda. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Ditahannya Menteri Kominfo sekaligus Sekjen Partai Nasdem, Johnny Gerard Plate, karena kasus korupsi BTS, merongrong popularitas Nasdem. Meski tidak berkaitan langsung, tsunami politik ini jadi justifikasi caleg Nasdem di Bali yang sepekan terakhir ramai-ramai hengkang.

“Mundurnya caleg Nasdem itu beda cerita, tapi setidaknya sekarang ada justifikasi. Tuh kan bener kenapa saya harus mundur? Kira-kira begitu,” tutur akademisi Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar, DR. Nyoman Subanda, Kamis (18/5/2023).

Bacaan Lainnya

Mundurnya caleg tersebut, sebutnya, murni karena dinamika internal plus ketidakpuasan atas kepemimpinan partai. Seperti disuarakan mantan petinggi DPP Nasdem, Ni Luh Djelantik, yang protes pencapresan Anies Baswedan. Situasi hari ini, kata dia, bergeser kepada posisi Nasdem yang tersisih dari koalisi pemerintahan Jokowi.

“Johnny G. Plate paling berkait, dia jadi menteri karena representasi Nasdem. Soal bagaimana perilaku dan kapabilitas itu nomor sekian, karena dia juga representasi Surya Paloh,” papar mantan Dekan FISIP Undiknas ini.

Justifikasi mundurnya caleg, dinilai akibat citra Nasdem tidak sebesar yang didengung-dengungkan. Kalau Johnny yang merefleksikan profil orang kedua di Nasdem begitu, bagaimana yang lain? “Kelemahan partai dan capres Anies Baswedan akan terakumulasi dan jadi dasar menilai serta menentukan pilihan, baik untuk pencalegan maupun konstituen,” ungkapnya.

Baca juga :  Sudah PPKM Level 3, Badung Tak Gegabah Gelar PTM

Manuver Nasdem mencapreskan Anies lalu berkembang sampai tidak diundang oleh Jokowi dalam diskusi partai koalisi. Pesannya tegas, Nasdem disingkirkan. Apalagi Surya Paloh selaku Ketua Umum Nasdem berujar “Saya tidak dianggap”, dan bagi Subanda faktanya memang demikian.

“Tokoh (politik) berkasus itu banyak terjadi, masalahnya di pembuktian. Pesannya, yang diklaim baik itu begini lho kelakuannya. Ini memberi efek tsunami besar kepada popularitas dan elektabilitas Nasdem,” urainya.

Dampak kepada preferensi pemilih, Subanda menilai minimal menggoyahkan keyakinan konstituen atau pendukung atas pilihan awalnya. Dalam lanskap Bali, preferensi pemilih terguncang ketika Nasdem mencapreskan Anies Baswedan. Hal serupa juga terjadi pada caleg Nasdem.

“Kasus Jhonny itu kian menguatkan pengaruh (negatif). Sekarang yang milih Nasdem untuk jadi caleg akan mikir, kecuali hanya jadi pelengkap. Kalau caleg serius akan mikir betulan (cara untuk mendulang suara),” terangnya.

Menimbang kencangnya guncangan, Subanda merasa agak sulit menyelamatkan citra Nasdem. Ibarat pohon, persoalan hari ini ada di akar. Jika hanya di ranting lebih mudah dibereskan. Pilihan rasional yang bisa dilakukan pengurus Nasdem guna memulihkan citra, adalah dengan manuver lain yang sekiranya mendapat respons positif. Dia percaya Nasdem memiliki konstituen sendiri yang tidak gampang lompat.

“Misalnya pendekatan persuasif atau politik dengan nilai kemanusiaan atau investasi sosial sebelumnya. Minimal bisa meyakinkan bahwa apa pun kondisi partainya, pengurus masih bisa berbuat baik. Ini bisa dibangkitkan, tapi ya sebatas konsolidasi saja agar tidak tambah banyak gerbong yang keluar,” urainya.

Baca juga :  Bank Indonesia - Bank BPD Bali Digitalisasi Pasar Seni Ubud Go Digital

Belajar dari kasus ini, Subanda sepakat perlu mendesakkan kembali agar pengurus partai tidak jadi pejabat negara. Jadi, partai tidak ikut terseret jauh ke kubangan ketika kadernya terbelit perkara. Pengurus kerja profesional sekaligus sebagai posisi tawar karena tidak ada kepentingan apa-apa.

“Dalam kejadian ini, kerugian terbesar dialami partai karena citra rusak, kehilangan konstituen dan kepercayaan. Masyarakat juga frustasi,” lugasnya.

Apakah mungkin misi Nasdem memperbaiki peringkat klasemen pada Pemilu 2024 terwujud? “Bukan mustahil sih, tapi naik peringkat rasanya terlalu tinggi. Realistis saja, Nasdem akan cenderung dari papan tengah ke bawah,” pungkasnya. hen

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.