Pileg 2024 di NTB Kemungkinan Diwarnai Migrasi Politisi

DIREKTUR M-16, Bambang Mei Finarwanto. Foto: rul

MATARAM – Lembaga Kajian Sosial Politik M-16 menilai Pileg 2024 di NTB akan diwarnai fenomena migrasi dan eksodus politisi ke parpol lain yang dianggap lebih menjanjikan, baik secara karier politik dan ekonomi maupun penawaran hak istimewa.

Tawaran aneka konsesi politik ini tentu menggiurkan bagi politisi dengan ketokohan kuat guna memuluskan ekspektasi karier politiknya. Apalagi dua tahun ini perekonomian masyarakat berantakan dihantam pandemi, yang berpengaruh pula terhadap kondisi cash-flow para politisi.

Bacaan Lainnya

“Jadi, munculnya tawaran insentif politik elektoral dari parpol untuk menggaet politisi pemilik kantong suara maupun rekam jejak yang jelas pada Pileg 2024 akan marak dan masif,” ujar Direktur M-16, Bambang Mei Finarwanto, Rabu (6/4/2022).

Menurut dia, munculnya partai baru dengan mengusung berbagai jargon politik untuk menarik simpati rakyat, akan menjadi peluang dan harapan bagi politisi dalam menentukan afiliasi maupun karier politiknya. Apalagi, lanjut Bambang, berkaca pada Pileg sebelumnya, parpol lama maupun baru jelas ingin mendulang suara sebanyak-banyaknya.

Di sinilah letak pentingnya, selain mesin partai, keberadaan figur dan performa caleg yang diusung dapat menentukan perolehan suara partai. “Tak kalah pentingnya juga topangan logistik politik untuk mengakselerasikan gerakan politik,” papar Bambang.

Baca juga :  Pohon Tumbang Hambat Jalur Kintamani-Singaraja

Pada Pileg 2024, sambungnya, akan terjadi pertarungan antarparpol berebut pengaruh dalam menggaet figur guna menopang perolehan suara partai, baik sebagai caleg maupun vote getter. Bambang mencontohkan Tuan Guru Bajang (TGB) Muhamad Zainul Majdi yang kini merapat dan diberikan kehormatan oleh Partai Perindo.

“Apapun dalihnya, keberadaan TGB sebagai vote getter di Perindo hari ini harus dimaknai sebagai bentuk ajakan dan dukungan untuk parpol besutan Hary Tanoe ini,” ulasnya.

Langkah politik instan Perindo mengajak TGB dalam gerbongnya tidak bisa pula ditafsirkan bebas nilai. Pasti ada agenda terselubung di panggung depan dan panggung belakang. Yang utama pasti dampak perolehan suara Perindo akibat efek TGB di NTB, terutama pada pemilik suara Islam.

Perindo tentu mengkalkulasi efek elektoral ketika mengajak TGB dalam satu barisan. “Ke depan bisa jadi banyak figur atau tokoh yang bergabung ke Perindo,” duganya.

Pada akhir Desember 2021 lalu misalnya, kata Bambang, ada peristiwa bagaimana tokoh-tokoh utama NW Anjani menyatakan diri bergabung dengan Partai Gerindra.

Tentu Gerindra menyambut dengan tangan terbuka dukungan NW, karena ujung-ujungnya tentu agar suara elektoral Gerindra bertambah secara signifikan.

“Apapun argumentasinya, setiap rangkaian peristiwa politik tak terlepas ada transaksi politik yang adil sebagai bentuk simbiosis mutualisme,” tandas Bambang. rul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.