KARANGASEM – Ketika harga minyak goreng relatif mahal saat ini, yang memproduksi minyak kelapa secara mandiri masih bisa bertahan untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng. Pemerintah diminta memperhatikan hal ini, agar perajin minyak goreng bisa berkembang dan memiliki daya saing pasar yang tinggi. Termasuk juga memberi kemudahan para perajin dalam permodalan.
Anggota DPRD Karangasem, I Nyoman Sumadi, Senin (25/4/2022) mengaku berupaya memperjuangkan pengusaha skala UMKM, khususnya di bidang pengolahan buah kelapa menjadi minyak goreng dan Virgin Coconut Oil (VCO). Pertama, memberi informasi pangsa pasar lebih luas untuk sarapan VCO, karena produk ini sangat bermanfaat untuk kesehatan. Kedua, mendorong produk lebih higienis dengan memperhatikan alat produksi.
Akses pasarnya, kata dia, adalah para ibu yang mungkin antre minyak goreng. “Artinya dari sisi ketahanan pangan mestinya hal ini harus tetap didorong oleh pemerintah pusat maupun daerah, agar dipermudah akses permodalannya,” sebut politisi Partai Golkar itu.
Kata dia, perajin minyak goreng dan VCO di Desa Pesedahan, Manggis yang masih aktif sebanyak lima orang. Dua orang masih aktif, dan tiga lainnya ibu rumah tangga yang usianya termasuk tua. Dia yakin mereka bisa berkembang, tinggal bagaimana pemerintah mendorong membuka pasarnya dan melibatkan mereka dalam promosi UMKM.
Salah seorang perajin minyak goreng dan VCO asal Desa Pesedahan, I Nengah Kadung, berkata VCO itu kelapa murni tanpa campuran. Bedanya dengan minyak goreng, VCO itu tanpa pemanasan, sedangkan minyak goreng lewat pemanasan. VCO masih murni rasa kelapa dan bisa bertahan selama dua tahun tidak berbau amis, tapi harus pakai botol steril. “Kami punya langganan dari Denpasar dengan penjualan per 600 ml seharga 75 ribu, untuk minyak gorengnya saya kasih ke reseller 20 ribu,” pungkasnya. nad