Pasemetonan Sri Karang Buncing Diajak “Jengah” Membangun Bangli

BUPATI Bangli, Sang Nyoman Sedana Artha; didampingi Ketua DPRD Bangli, I Ketut Suastika, saat membuka Lokasabha Sri Karang Buncing, ditandai dengan pemukulan gong. Foto: ist
BUPATI Bangli, Sang Nyoman Sedana Artha; didampingi Ketua DPRD Bangli, I Ketut Suastika, saat membuka Lokasabha Sri Karang Buncing, ditandai dengan pemukulan gong. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, BANGLI – Pasemetonan Sri Karang Buncing melaksanakan Lokasabha dilanjutkan dengan pengukuhan pengurus di Desa Undisan, Kecamatan Tembuku, Bangli, akhir pekan lalu. Hajatan ini menjadi momen mempererat pasemetonan (persaudaraan) keturunan Sri Karang Buncing, khususnya di Bangli. Lokasabha dihadiri Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Artha; Ketua DPRD Bangli, I Ketut Suastika; Wakapolres Kompol Nyoman Gatra; Ketua PHDI Bangli, I Nyoman Sukra; MDA Bangli, dan sejumlah undangan.

Ketua Pengurus Pasemetonan Sri Karang Buncing Kabupaten Bangli, Putu Winastra, yang terpilih untuk kali kedua, menjelaskan, Lokasabha dilaksanakan lima tahun sekali untuk memilih ketua atau kepengurusan. Selain itu, untuk mempererat pasemetonan di Bangli maupun di luar Bangli. Pasemetonan Sri Karang Buncing lebih dari 3.000 jiwa yang tersebar di sembilan dadia di empat kecamatan.

Bacaan Lainnya

Saat dharma wacana, Ida Nabe Dukuh Acharya Dhaksa menjelaskan pasemetonan Sri Karang Buncing agar makin rumaket atau erat. Sebab, ada bhisama sangat penting dari leluhur yang harus diketahui seluruh generasi Sri Karang Buncing. Pesannya yakni pasemetonan adalah saudara, kalau tidak punya lahan maka tempalah ilmu setinggi-tingginya agar dapat mencari penghidupan. “Kita selalu diajarkan berbuat baik dan jujur di mana kita berada, agar berguna dan bermanfaat bagi orang lain, nusa dan bangsa, untuk bisa mendukung program pemerintah,” pesannya.

Baca juga :  Selamatkan Pantai dari Abrasi, DLH Gianyar Gencarkan Tanam Seribu Pohon

Menurut Bupati Sedana Arta, bhisama Sri Karang Buncing sangat relevan diterapkan keberadaannya. Keberadaan Sri Karang Buncing sudah ada sejak abad ke-8, dan sangat bermanfaat bagi generasi penerus untuk selalu ingat akan leluhur. Semangat pasemetonan dinilai sejalan dengan kondisi saat ini yang jengah membangun Bangli. “Tentu momen pasemetonan sejalan dengan visi yang tercermin dalam rangka melanjutkan pembangunan Bangli,” pujinya.

Dia mengajak seluruh pasemetonan Sri Karang Buncing berjalan bergandengan tangan, bergotong-royong dalam semangat jengah membangun Bangli. gia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.