“TYANG (saya) ngga berani pedas, sambalnya sedikit aja nggih,” ujar Ngurah Ambara Putra yang duduk bersila, sembari turut mengaduk bahan lawar (kuliner Bali) dalam loyang besar berbahan tanah liat bersama IGN Jaya Negara, Selasa (15/9/2020) pagi. “Tyang justru suka agak pedas niki,” sahut Jaya Negara ke Ambara. Di sebelah Jaya Negara duduk Kadek Agus Arya Wibawa yang sedang membuat sate sambil ngobrol dengan Bagus Kertanegara. Sementara anggota DPRD Kota Denpasar, Ketut Suteja Kumara, fokus meracik bumbu lawar.
Obrolan ringan tersebut terekam saat paslon Jaya Negara-Arya Wibawa (Jaya-Wibawa) dan Ambara-Kertanegara (Amerta), yang berseberangan pada Pilkada Denpasar 2020, asyik ngelawar bareng di rumah kerabat Jaya Negara di daerah Penatih, Denpasar Timur. Hari Penampahan Galungan dijadikan titik pijak bagi kedua kubu beda pilihan politik itu, untuk bertemu dan lebih mengenal secara personal. Tujuan itu niscaya tercapai, karena suasana juga tidak ramai berhubung tidak terlalu banyak melibatkan orang. Kegiatan ini sepertinya didesain menaati protokol kesehatan (prokes) untuk tidak membuat kerumunan.
Meski dalam palagan politik kelak Jaya Negara menjadi rivalnya, Ambara terlihat tidak canggung saat agenda berlanjut ke santap bersama usai ngelawar. Jaya Negara juga tampak nyaman melayani Ambara, sebagaimana Arya Wibawa bersemangat ngobrol dengan Kertanegara. Dari mencuri dengar obrolan mereka, satu tema yang jadi perhatian kedua pihak yakni bagaimana menjaga kesehatan masyarakat Denpasar saat tahapan pilkada berjalan. “Masalah ini penting kita sosialisasikan Pak Ngurah,” ujar Jaya Negara, ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Ambara.
Usai makan bersama, Jaya Negara berkata acara itu diagendakan untuk menghadirkan kontestasi politik menarik tapi tetap sejuk di Denpasar. Meski sederhana, menurutnya tidak mengurangi pesan yang ingin disampaikan ke khalayak. “Tyang sangat berterima kasih Pak Ngurah dan Pak Bagus berkenan menghadiri undangan kami. Ini menunjukkan beliau berdua memiliki komitmen sama dengan kami, yakni menghadirkan pilkada yang damai, sejuk, dan tetap menaati prokes,” ujar Wakil Walikota Denpasar tersebut.
Ambara menyatakan sependapat, terutama terkait prokes. Bagi dia, kesehatan masyarakat jadi kepedulian utama dalam kondisi pandemi Corona saat ini. Politik tetap harus berjalan sesuai agenda pemerintah, tapi keselamatan masyarakat tidak boleh diabaikan. “Tyang terima kasih atas undangan Turah ini, dan kami ke sini karena yakin kita semua menaati prokes. Kami juga akan mengundang Turah dan Pak Arya Wibawa ke acara serupa saat Penampahan Kuningan nanti,” cetus politisi kalem tersebut.
Sebelumnya, sembari menunggu Ambara datang, Kertanegara terlibat obrolan intens dengan Jaya Negara. Alih-alih bicara politik, keduanya justru lebih banyak berbincang soal keluarga besar masing-masing yang masih memiliki ikatan kekerabatan. Prof. Merta Suteja yang merupakan ayah Kertanegara, memiliki sejarah panjang dengan keluarga besar Jaya Negara. Keduanya tergelak ketika obrolan tiba di titik mengapa mereka, yang memiliki kekerabatan dekat, akhirnya harus saling berhadapan di Pilkada Denpasar?
“Siapa juga tahu begini Turah, tyang juga ngga nyangka,” kata Kertanegara cekikikan. “Yang jelas, jika misalnya tyang yang menang, tyang janji akan meneruskan apa yang sudah Turah jalani. Janji tyang,” cetus Kertanegara bernada usil.
Tidak mau kalah, Jaya Negara langsung “menyambar” untuk membalas. “Beliau janji melanjutkan apa yang tyang jalani, oke, tyang minta satu saja. Kalau menggantikan tyang, sekalian utang tyang di BPD dilunasi ya,” kelakarnya membuat yang mendengar terbahak-bahak. Respons Kertanegara? Dia hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. hen