Jejak Gde Agung Bidik Giri Tersandung: Meraba Pengaruh Puri Mengwi di Pilkada Badung

KRISNA memang tidak ikut berperang, dia hanya menjadi kusir Arjuna. Namun, meski tanpa senjata, nasihat dan skenario rancangannya justru penentu utama kemenangan Pandawa dalam palagan Bharatayuda. Termasuk, tentu, segala trik muslihat sejauh tidak nyata melanggar aturan perang.

Kemunculan paket Diatmika-Muntra di Pilkada Badung 2020 layak dimasukkan sebagai kejutan oleh Koalisi Rakyat Badung Bangkit (KRBB). Jangankan mengenal, rasanya mengeja nama IGN Agung Diatmika saja belum banyak warga Badung yang bisa. Namun, jika dikaitkan dengan AA Gde Agung, penglingsir Puri Mengwi cum Bupati Badung periode 2005-2015, misteri kejutan itu sedikit terkuak.

Bacaan Lainnya

Gde Agung menjadi salah satu dari sejumlah promotor kemunculan Diatmika, sosok nonpartisan. Dibanding Diatmika sebagai bakal calon Bupati, Muntra yang menjadi bakal calon Wakil Bupati jauh lebih dikenal karena pernah mengampu Ketua DPD Partai Golkar Badung. Singkatnya, ini perpaduan profesional plus kader partai.

Sebagai pendatang baru di ranah politik, Diatmika jelas tidak memiliki tingkat popularitas seperti Giri Prasta yang dijadikan rival. Uniknya, Diatmika bagian tenaga ahli di Pemkab Badung. Jika popularitas saja masih kedodoran, bagaimana pula akseptabilitasnya? Belum lagi elektabilitasnya. Kalaulah Diatmika punya modal ala Pierre Bourdieu, itu hanya modal sosial jaringan politik dalam skala minor.

Baca juga :  PSSI Panggil Satu Pemain Badung Ikut Seleksi Program Garuda Select III di Jakarta

Sejatinya isu seksi bukan soal paket Diatmika-Muntra, melainkan sosok Gde Agung, yang sepertinya memerankan Krisna untuk Diatmika. Pertanyaan mendasar, mengapa dia bersusah-payah mencarikan penantang untuk Giri yang mendapat label Bupati bares itu? Apa keuntungan politik Gde Agung yang kini nyaman menjadi senator di DPD RI?

Secara historiografi, Gde Agung tercatat sangat dekat dengan Giri. Balik ke tahun 2015 saat Pilkada Badung, Gde Agung yang menang dua kali berkat sokongan Golkar, pilih mendukung Giri Prasta menjadi suksesor. Manuver ini menempatkan Gde Agung berhadapan dengan kader Golkar sekaligus mantan wakilnya, Made Sudiana, yang menjadi calon Bupati rival Giri.

Untuk Pilkada 2015, Giri butuh simbol untuk perjuangannya merebut kursi Bupati. Kapital itu ada dua di Gde Agung, yakni ikon Puri Mengwi untuk menggaet pemilih tradisional, dan simbolik pemimpin sukses dengan dua kali memenangkan pilkada langsung. Perlu dicatat, dua kemenangan Gde Agung justru ketika melawan calon PDIP, partai di mana kini Giri bernaung.

Kemenangan Giri menjadi satu indikator kuatnya pengaruh politik Puri Mengwi dengan Gde Agung sebagai episentrumnya. Kemesraan Gde Agung-Giri berlanjut sampai Pileg 2019, kala Giri menggunakan segala sumber daya untuk “balas budi” dengan menjadikan Gde Agung senator. Bahwa kini dua sahabat itu bersimpang jalan, itu dia selubung seksi untuk dikuliti.  

Bagi Giri, Pilkada 2020 bukan sekadar ganteng-gantengan sebagai petahana. Kemenangan akan pijakan dan modal besar untuk naik kelas menjadi calon Gubernur. Isu ini diamplifikasi pendukungnya di media sosial sejak tahun 2018, dengan slogan GPGB alias “Giri Prasta Gubernur Bali”.

Baca juga :  Lombok FC Matangkan Persiapan Sambut Liga 3

Hasrat menakar potensi politik serupa nampaknya terjadi pada Gde Agung. Memenangkan Diatmika-Muntra, selain sebagai kemenangan simbolik, juga sebagai bekal pentas dan pantas diri andai namanya dielus-elus sebagai calon Gubernur Bali tahun 2023. Namun, karena dia sejauh ini di Pilkada Badung dia “menghindari” sorot lampu panggung, justru itu juga titik lemahnya.

Dengan Disel Astawa diangkat menjadi panglima perang Diatmika-Muntra, tertutup sudah kesempatan dan niat –kalau ada– Gde Agung tampil terdepan membela penantang. Jika paslon yang diusung KRBB kalah, Gde Agung tidak perlu ikut menanggung malu di depan publik. Namun, kalau menang, bisa mudah mengklaim itu berkat perjuangan dan kerja kerasnya mendukung di balik layar.

Di sudut lain, Diatmika belum memiliki modal simbolik dalam perjalanannya; hal yang dibutuhkan penantang penguasa yang menjanjikan perubahan. Sementara Giri punya modal simbolik yakni julukan Bupati bares, berkat sejumlah kebijakan yang memanjakan masyarakat Badung sejak dia menjabat. Sebagai perbandingan, kemenangan PDIP dalam pemilu 1999 dengan perolehan suara fantastis 33 persen — terbesar sejak era reformasi bergulir– diperoleh antara lain, kalau bukan malah satu-satunya, adanya modal simbolik Megawati Sukarnoputri sebagai sosok yang ditindas rezim Orde Baru.

Kini, kontestasi terselubung Gde Agung dan Giri di pilkada menyisakan relasi kuasa dua kawan lama. Bila Giri menang, apalagi marginnya jauh, itu sinyal langkahnya kian ringan menjadi calon Gubernur tahun 2023. Kemenangan juga sebagai pesan dia mampu menandingi aura kebangsawanan Gde Agung, dengan dua periode menakhodai Badung.

Baca juga :  Harapan di Pilkada Diabaikan, Muntra Tetap Loyal ke Golkar

Bagi Gde Agung, kompetisi ini medium mengukur hegemoni politik di Badung, terutama Badung Utara, dengan peran Krisna yang dimainkannya untuk Diatmika-Muntra. Jika strategi dan taktiknya seapik Pilkada 2005 dan 2010, bisa saja kemenangan melawan partai yang sama terulang. Sejarah akan mencatat sekuat apa Puri Mengwi menentukan, sekurangnya mempengaruhi, pilihan politik di Badung era kiwari. Gus Hendra

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

1 Komentar

  1. Siapapun yang menang dlm menduduki kursi Bupati nanti..bukan berarti mrk adalah Rajadiraja..melainkan mampu utk melayani, mengayomi, dan memberi rasa keadilan serta kebijakan yg se-adil-adilnya dari segala bidang utk rakyat banyak khususnya keb. Badung dulu bukan utk perorangan dan atau perOrganisasi semata..sehingga kesan nya tdk adil dan bijak sebagai pemimpin. sy sangat berharap kepada beliau” calon pemimpin Badung lebih mengedepankan kemakmuran Masyarakat Badung, Tolong…!!! apabila anda dpt mampu menjalankan prinsip dasar kepemimpinan spt itu..Sy Do’a kan..anda akan Damai di Dunia dan Hakirat nanti..Rakyat akan segan dan menghormati anda..Amin..!!

    Salam Hormat,
    Yanrus

    Selamat berjuang utk jadi Pelayan Rakyat banyak.