POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Pasti Bisa. Pesan ini membawa makna mendalam yang mengajarkan sebuah arti ketekunan, kerja keras, dan pentingnya memiliki keyakinan dalam kemampuan sendiri. Demikian diungkapkan Ketua PKK Banjar Eka Dharma, Desa Adat Pagan, Desa Sumerta Kauh, Mia Maharta, di sela-sela ngayah tetabuhan saat piodalan di Banjar Eka Dharma, Sabtu (3/2/024) yang bertepatan dengan Tumpek Wariga atau sering disebut Tumpek Pengatag, Tumpek Pengarah, atau Tumpek Bubuh, tepat 25 hari sebelum Hari Raya Galungan.
Pemujaan pada Tumpek Uduh adalah persembahan kepada manifestasi Tuhan sebagai Dewa Sangkara penguasa tumbuh-tumbuhan. Tumpek Wariga sebagai bentuk pemujaan kepada Sangyang Sangkara yang merupakan manifestasi dari Tuhan sesungguhnya bermakna bagaimana memelihara alam melalui tumbuh-tumbuhan, sehingga kebutuhan oksigen dari seluruh makhluk hidup bisa terpenuhi imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan Mia Maharta, piodalan di Banjar Eka Dharma sekaligus sebagai momen penyatuan untuk mempersatukan ibu-ibu PKK yang ada di banjar. Mengingat mereka hampir setiap harinya disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mia juga mengaku bangga bahwa kini kaumnya bisa ngayah lewat seni tetabuhan.
“Walaupun awalnya tidak bisa megambel sama sekali, tapi karena ada niat dan semangat pasti bisa menjadi motivasi untuk terus belajar,’’ ujarnya dengan senyum mengembang.
Mia Maharta mengungkapkan, jika dalu kaum wanita hanya bisa ngayah bebantenan dan mebakti, kini sudah mampu ngayah kesenian. Menguasai keterampilan megambel akan dijadikan sarana ngayah yang menjadi tujuan jangka panjang keberadaan sekaa gambelan ibu-ibu PKK di Banjar Eka Dharma, khususnya.
Hal ini menurutnya penting mengingat pelaksanaan upacara tidak bisa dilepaskan dari keberlangsungan kesenian tradisional Bali. ‘’Jika tidak kita yang melestarikan budaya warisan leluhur berupa kesenian megambel ini, siapa lagi,’’ serunya. tra