MENJADI cabang olahraga (cabor) yang sangat diunggulkan KONI Bali untuk mendongkrak target 45 medali emas, ternyata Tim Judo Bali hanya bisa menyumbangkan 2 medali emas pada PON XXI Aceh Sumut 2024 yang sudah berakhir Jumat (20/92024). Padahal, saat PON XX Papua 2021, Tim Judo Bali tampil sebagai juara umum dengan raihan 6 medali emas.
Total Bali meraih 2 emas, 4 perak dan tiga perunggu. Dua medali emas diraih Gede Ganding Kalbu di nomor perorangan -100kg putra dan dari aksi pendatang baru pasangan bersaudara kembar; Ni Made Sukerti dan Ni Ni Nyoman Suwitri di nomor Ju No Kata.
Kemudian empat medali perak dipersembahkan oleh Gede Agastya di nomor +100kg putra, I Made Sastra Dharma di nomor -90kg putra, Ni Komang Sri di nomor -57kg putri dan Dewa Ayu Mira di nomor +78kg putri. Sementara tiga medali perunggu dari I Komang Ardiarta di nomor -81kg putra, Ni Kadek Desi di nomor -45kg putri, dan Fania Farid di nomor -78kg putri.
Disisi lain, tim Judo Bali diisi lima atlet Pelatnas yang notabene kelimanya seharusnya bisa menyumbangkan medali emas untuk kontingen Bali. Faktanya, hasil yang diberikan tidak sesuai harapan. Lantas apa penyebabnya?
Pelatih Tim Judo Bali Agus Putra Adnyana mengakui persiapan yang minim dan kondisi atlet cedera membuat perolehan medali tidak memuaskan. “Ini jauh dari target yang kami tentukan karena kami keluar sebagai juara umum di PON XX Papua 2021 dengan enam medali emas,” ungkap Agus Putra Adyana, belum lama ini.
Ia mengakui ada lima atlet Bali yang tergabung dalam pelatnas judo tapi mereka dalam kondisi cedera serta tidak bugar saat pulang ke Bali. “Kami memiliki waktu pelatihan dua bulan, sebulan kami lakukan untuk perawatan dan sebulan terakhir baru persiapan ke PON ini,” kata Agus Putra Adnyana, yang dilansir posmerdeka.com dari antaranews.com.
Seperti dialami andalan Bali, judoka Gede Agastya di laga kelas +100kg putra. Ia sebenarnya berpeluang meraih medali emas tapi dirinya mengalami cedera lutut di tengah pertandingan.
Cedera itu membuat Gede Agastya kesakitan meski tetap melanjutkan pertandingan tapi dirinya kalah dari atlet Jawa Barat Rafi Fadilah. “Kami hampir kewalahan sebenarnya ketika atlet ini lepas dari pelatnas kembali ke Bali dalam kondisi cedera dan kami maksimalkan latihan hingga hasil hari ini,” kata Agus Putra.
Ia menambahkan, hasil medali yang didapatkan di PON XXI Aceh-Sumut ini akan menjadi evaluasi besar bagi internal PJSI Bali. “Kalau dengan predikat atlet pelatnas tentu medali yang harus didapatkan lebih banyak di PON Aceh-Sumut ini,” pungkas dia.
Jika ditarik kebelakang, persiapan Kontingen Bali sebagaimana dilaporkan Ketua Umum KONI I Gusti Ngurah Oka Darmawan, telah dimulai sejak Babak Kualifikasi (BK) hingga Pelatda. Baik TC desentralisasi sejak Februari 2024 hingga TC Sentralisasi yang sudah dimulai per 10 Juli hingga keberangkatan pada September mendatang.
Hal itu diungkapkan Oka Darmawan di hadapan Penjabat (Pj) Gubernur Bali S.M. Mahendra Jaya, saat melepas kontingen Bali ke PON XXI dengan kekuatan total 549 atlet, belum termasuk pelatih dan ofisial. Faktanya di lapangan persiapan maksimal kontingen Bali sejatinya dimulai 10 Juli langsung TC sentralisasi, hanya 2 bulan kurang sebelum PON XXI dimulai.
Sementara TC desentralisasi diserahkan ke cabor-cabor dimana atlet itu bernaung. Jadi benar adanya apa yang diungkapkan Pelatih Tim Judo Bali Agus Putra Adnyana, bahwa persiapan yang minim menjadi salah satu kendala tim judo Bali tidak bisa meraih hasil maksimal pada PON XXI.
Kalau ditakar lebih jauh, lawan-lawan Bali pada PON XXI persiapannya jauh lebih matang. Seperti Jabar, tim judonya latihan 45 hari di Korea Selatan. Kemudin, tim wushu DKI Jakarta juga berlatih di negara asal cabor tersebut yakni China. Sementara atlet Bali yang tergabung dalam kontingen Bali, jangankan latihan atau uji coba ke luar negeri, di dalam negeri saja tidak bisa, karena konon keterbatasan anggaran.
Menariknya, Tim tenis Meja Bali yang hanya melakukan latihan di daerah sendiri yakni Ubud dan Denpasar, masih bisa membuat sejarah dengan meraih medali emas di nomor ganda campuran. Pelatih tim tenis meja Bali Deddy Dacosta mengungkapkan, para atletnya tanpa melakukan pemusatan latihan di negara lain seperti yang tim lain lakukan.
Maka tidaklah berlebihan, kalau Dedddy Dacosata memuji habis permainan yang dipertontonkan pasangan Bali Komang Sugita dan Made Sisca Pratiwi saat melawan pasangan Jawa Timur Affan Mauludana Pratama dan Dwi Oktaviani Sugiarto dalam final ganda campuran. Sebelumnya Sugita/Sisca juga mengalahkan lawan-lawan kuat dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
Bagaimana jika seandainya tenis meja mendapat perhatian lebih, misalnya mendapat kesempatan latihan di China yang merupakan barometer kekuatan tenis meja dunia. Begitu juga cabor-cabor lain, seperti biliar yang mengejutkan dengan raihan 2 emas. Bisa jadi, hasil yang mereka dapatkan di PON XXI melebihi dari apa yang mereka raih saat ini. yes