DENPASAR– Pada Rabu (4/1/2023) ini, umat Hindu di Bali dan Indonesia merayakan Hari Raya Galungan. Galungan selama ini dimaknai sebagai hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan/nafsu). Namun, dari sudut pandang I Dewa Gede Agung Widiarsana, makna Galungan lebih daripada itu.
“Saat ini bukan lagi soal menang melawan musuh, lawan, atau penjajah, tapi umat manusia juga harus menang melawan diri sendiri. Bagaimana mengendalikan diri supaya bisa melawan hawa nafsu, itu yang disebut kemenangan,” kata Agung Widiarsana, Selasa (3/1/2023).
Agung menambahkan, inti dari Galungan adalah agar manusia bisa mengendalikan nafsunya, terutama nafsu buruk. Sebab, inilah kelak dapat mengganggu ketenteraman hidup. Dalam kepercayaan umat Hindu, tuturnya, hawa nafsu manusia terbagi menjadi tiga kala, yakni Kala Amangkutat (nafsu ingin berkuasa), Kala Dungulan (nafsu ingin merebut milik orang lain) dan Kala Galungan (nafsu ingin selalu menang dengan melakukan segala cara).
Di hari Galungan, Agung Widiarsana mengajak umat Hindu selalu bersyukur atas kesehatan dan keselamatan yang diperoleh dari Ida Sanghyang Widhi Wasa. “Kita harus mensyukuri nikmat sehat, karena sampai saat ini masih bisa merayakan Galungan bersama keluarga,” ajak Ketua Dewan Penasihat DPD Partai Gerindra Provinsi Bali ini.
Galungan, sebut Agung, juga memiliki makna ucapan syukur umat Hindu atas semua berkat yang sudah diterima dari Yang Maha Kuasa, dengan terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya. Pria asal Desa Kendran, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar ini juga berpesan agar umat Hindu selalu menjaga solidaritas dan sinergisitas antarumat beragama, lembaga maupun pemerintah.
“Umat Hindu agar selalu menjaga kerukunan di antara maupun inter umat beragama. Sebab, hal tersebut juga merupakan kemenangan yang sesungguhnya,” pungkas pengusaha yang sukses di Jakarta ini. hen