DENPASAR – Tokoh pendidikan, IGB Arthanegara angkat bicara terkait usulan dibuka kembali sekolah, karena adanya tudingan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) gagal total. Di tengah situasi pademi Covid-19 saat ini, pihaknya pun mengingatkan agar jangan dulu memikirkan materi dan memilih resiko mempertaruhkan nyawa peserta didik.
Menurutnya, saat ini pandemi belum berakhir. Kata dia, kendatipun angka kesembuhan meningkat tajam hingga 85 persen lebih dari angka kumulatif positif, namun perlu diingat bahwa masih terjadi tambahan kasus positif dari transmisi lokal. Kata dia, kasus transmisi lokal inilah yang harus dipikirkan dan menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan.
“Satu siswa saja yang kena, maka potensi penularan akan terjadi, dan bahkan akan terbentuk klaster baru. Ingat, guru cubit siswa saja bisa ke ranah hukum. Apalagi jika terkena virus yang tak kasat mata, maka tidak hanya orangtua siswa saja yang teriak, seluruh penegak hukum hingga komisi pemerhati anak akan turun menyorotinya,” jelas Arthanegara yang kenyang makan asam garam dunia pendidikan ini.
Untuk itu, pihaknya meminta agar pihak-pihak lain menahan diri untuk membuka sekolah, dan menyerahkan seluruh keputusan kepada pemerintah. “Jika gugus tugas menyampaikan jangan dibuka dulu, ya sebaiknya diikuti,” ujarnya seraya mengatakan, segala keputusan pemerintah telah diperhitungkan dan dikaji matang sebelum mengeluarkan kebijakan.
Sementara terkait keluhan orangtua siswa yang sebagian besar mengaku berat dalam pembejaran daring ini, Arthanegara pun memberikan pilihan. Apakah karena berat penyediaan sarana dan prasaran daring yang dikhawatirkan atau keselamatan sang anak? Jadi, kata dia, jangan coba-coba karena ingin praktis tetapi malah mempertaruhkan nyawa siswa.
“Jadi apakah kehilangan pembelian kuota, handphone atau kehilangan buah hati? Jadi jangan ajum-ajuman (coba-coba) di tengah situasi saat ini. Lebih baik serahkan dan percayakan kepada pemerintah,” pungkas Arthanegara yang juga Ketua YPLP IKIP PGRI Bali ini. alt