Oleh Dr.rer.nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta
AYUR Wedha is science of live. Begitu penjelasan seorang profesor dokter ayurwheda di rumah sakit Arya Vaidya Sala, kota Kottakkal di provinsi Karela, India. Rumah sakit ini berdiri sejak 1902, awalnya sebagai klinik di desa, yang didirikan dokter Vaidyaratnam P.S. Varier.
Dokter Varier menjalankan praktek kedokteran Ayurwheda, sekarang rumah sakit ini berkembang menjadi rumah sakit Ayurwheda yang moderen di India dengan 26 spesialis klinik dan 204 kamar rawat pasien, dan telah memproduksi lebih dari 500 ramuan obat Ayurwheda.
Pendidikan kedokteran Ayurwheda layaknya pendidikan kedokteran konvensional, mereka berjalan paralel saling bersinergis. Yang membedakan adalah metode diagnosa dan penanganan pasien, dengan standar keamanan dan rasional yang tinggi.
Usada adalah metode pengobatan tradisional Bali, yang pertama kali ditulis dalam lontar Taru Pramana oleh Mpu Kuturan. Dalam lontar Taru Pramana menggambarkan kewiadnyanan seoarang Mpu Kuturan, mampu berkomunikasi dengan tanaman, setiap tanaman menceritakan manfaatnya dalam pengobatan.
Lontar usada Budha Kechapi memaparkan bagaimana etika dan tatacara pengobatan yang harus dilakukan seorang pengusada. Setelah itu banyak ilmu pengobatan tradisional Bali ditulis dalam berbagai jenis lontar usada. Sampai saat ini tercatat di dinas kearsipan provinsi Bali sekitar 340-an lontar usada, namun sayang baru 40 dari lontar tersebut yang diterjemahkan.
Pengobatan tradisional Bali yang tertulis dalam lontar usada sangatlah lambat berkembang jika dibandingkan dengan kedokteran Ayurwheda di India. Usada selama ini hanya dijalankan masyarakat Bali yang dikenal sebagai Balian (dukun). Mereka sangat terpinggirkan, namun nyatanya ketika masyarakat sudah merasa tidak berhasil pengobatannya, datanglah ke Balian. Balian hanyalah sebagai pelengkap.
Gubernur Wayan Koster melihat hal ini sebagai mutiara yang terpendam yang harus diangkat, dalam melengkapi sistem kesehatan di Bali. Melalui Peraturan Gubernur no 55 tahun 2019, tentang pelayanan kesehatan tradisional Bali menempatkan pelayanan kesetan Bali (Usada) menjadi bagian yang terintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional.
Pelayanan kesehatan tradisional Bali dibagi menjadi tiga jenis: a) pelayanan kesehatan tradisional Bali Empiris yaitu pelayanan kesehatan tradisional Bali yang dijalankan masyarakat Bali berdasarkan warisan leluhur secara turun temurun dan terbukti memberikan efek dalam kesempatan, seperti usade rare, usada manak, usade ille dan lainnya.
b) pelayanan kesehatan tradisional Bali komplementer adalah pelayanan usada yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional yang melalui pendidikan kesehatan minimal dengan jenjang D3, para tenaga kesehatan tradisional Bali ini dibekali dengan pengetahuan kesehatan dasar, seperti anatomi, psikologis, biokimia dan kimia klinik, sebagaian besar pengetahuan kesehatan usada yang telah dipelajari rasionalitas efek dan manfaatnya.
Pelayanan kesehatan tradisional Bali Komplementer dilakukan di Griya sehat, dengan pelayanan seperti pijat, totok punggung, usada rare, usada Taru Pramana, dan lainnya. Yang ketiga adalah pelayanan kesehatan tradisional Bali integrasi, pelayanan kesehatan ini dilakukan di fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Pelayanan kesehatan tradisional Bali Integrasi dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional seperti di Griya sehat, mereka merupakan pelayanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional. Dalam prakteknya pelayanan kesehatan tradisional Bali Integrasi di pimpin oleh seorang dokter yang memiliki keahlian Kesehatan tradisional, dibantu tenaga kesehatan tradisional.
Pemerintah provinsi Bali membangun 3 industri obat herbal, yaitu Pusat Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) di desa Rendang Karangasem, Pengotan Bangli dan Baturiti Tabanan. Industri obat herbal ini membeli bahan baku obat herbal dari petani binaan yang masing-masing terhimpun dalam koperasi tani tersebar diseluruh Bali.
P4TO Bali adalah industri obat herbal yang di bangun dengan standar CPOTB (cara pembuatan obat tradisional yang baik). P4TO Bali mendapat tugas memproduksi ramuan obat herbal Bali yang akan didistribusikan ke seluruh puskesmas di Bali dalam menjalankan amanah Pergub Bali no104 tentang JKN KBS.
P4TO Bali selesai pembangunannya di akhir Februari 2020, dilengkapi dengan peralatan industri obat herbal hibah dari kementerian kesehatan. P4TO Bali diharapkan bisa berproduksi pada akhir April 2020.
Melalui pergub 55 th 2019 dan 104 th 2018 diharapkan Bali menjadi terdepan dalam pengembangan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia dan pelayanan kesehatan tradisional Bali berkembang seperti kedokteran Ayurwheda di India. (***)