Petakan Persoalan Bali 5 Tahun ke Depan, BEM FISIP Unud Gelar Dialog Pengamat Politik dan Mahasiswa

PEMBERIAN piagam kepada narasumber dalam kegiatan Teras FISIP 2 yang digelar Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FISIP Unud Kabinet Sinergi Asa. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FISIP Universitas Udayana (Unud) Kabinet Sinergi Asa melangsungkan kegiatan Teras FISIP 2 dengan mengusung tema “Proyeksi Bali 5 Tahun ke Depan”, Selasa (17/12/2024).

Kegiatan di kampus Unud Sudirman ini bertujuan memberi ruang diskusi antara pengamat politik dan mahasiswa Unud. Yang dibahas yakni evaluasi penyelenggaraan Pilkada dan proyeksi Bali lima tahun ke depan.

Bacaan Lainnya

Dalam kegiatan yang diikuti mahasiswa Unud tersebut hadir sejumlah pembicara, yakni akademisi Ilmu Politik Universitas Udayana, Efatha Filomeno Borromeu Duarte, S.IP., M.Sos; Wakabid Kasarinahan DPC GMNI Denpasar, Adinda Paramitha Mayan; dan CEO of Balinggih Media, Gede Adrian Maha Putra.

Ketua BEM FISIP Unud, I Gusti Ngurah Bagus Dicky Wirayudha, menyampaikan, kegiatan dengan topik ini diambil untuk mendiskusikan situasi Bali setelah berakhirnya Pilkada. Pula membahas hal-hal yang belum terselesaikan di kepemimpinan sebelumnya, sehingga permasalahan ini menjadi PR untuk kepemimpinan selanjutnya.

Menurutnya, dari pemaparan ketiga pemateri, dapat disimpulkan pentingnya mengevaluasi pelaksanaan Pilkada, yang berperan sebagai fondasi awal untuk menentukan nasib Bali lima tahun ke depan. “Ada beberapa hal yang perlu dievaluasi dalam penyelenggaraannya, terutama partisipasi masyarakat dalam memilih, yang kadang terkendala akibat tidak mendapat (form) C undangan (maksudnya Form C Pemberitahuan, red),” sebutnya.

Baca juga :  Tri Brothers, Band yang Beranggotakan Tiga Bersaudara

Selain itu, sambungnya, juga terungkap tantangan yang akan dihadapi Bali dalam lima tahun ke depan. Ada beberapa pekerjaan rumah (PR) besar yang hingga kini masih belum terselesaikan. “PR besar tersebut mencakup persoalan kemacetan lalu lintas, pengelolaan sampah yang belum optimal, serta pengikisan penggunaan Bahasa Bali di tengah masyarakat,” urainya.

Dalam dialog tersebut juga terungkap bahwa kelebihan wisatawan sebagai salah satu faktor yang memicu permasalahan ini. Selain pembahasan mengenai kelebihan wisatawan, juga dibahas mengenai pembangunan yang tergesa-gesa, defisit APBN-APBD, pembangunan LRT, kekeringan, pembebasan lahan nomine, sampah dan pembangunan Bandara Bali Utara. adi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.