PDI-P, Partai Pemenang Bersatulah Bangun Bali

Made Nariana. foto: dok

Oleh Made Nariana

TRADISI Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sebagai pemenang di Bali khususnya dalam zaman reformasi, tidak boleh diragukan lagi. Tentu kecuali di zaman orde baru dan zaman Pak SBY sebagai Presiden, harus rela menjadi oposisi.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan hasil survey, semua lembaga survey di Indonesia, ternyata PDI-P menjadi pilihan rakyat dalam pemilu 2024. Partai itu selalu bertengger di puncak, setelah membuktikan dua kali pemilu, selalu menang di tanah air. Sudah tentu termasuk di Bali.

Bali boleh dipakai kunci kebesaran PDI-P. Pasalnya saat Megawati Soekarno Putri digenjet tahun-tahun 1996-an menjelang runtuhnya orde baru, Bali merupakan salah satu daerah paling konsisten membela Buk Mega. Kongres – V PDI (belum berisi Perjuangan) di Bali 8-10 Oktober 1998 mengukuhkan Megawati sebagai Ketua Umum,
didukung rakyat Bali.

Benar-benar didukung rakyat Bali dengan pengorbanan khusus sebab mereka memiliki tujuan yang sama dengan apa yang dicita-citakan partai itu. Yakni membela kepentingan rakyat kecil.

Banyak relawan muncul dengan biaya mandiri, tanpa minta apa pun dari partai. Bersatu padunya rakyat menyukseskan Kongres di Sanur, hendaknya dipakai pelajaran elit partai di masa sekarang. Saat itu rakyat Bali benar-benar banyak berharap kepada PDI-P.

Baca juga :  Lagi, Perpustakaan Umum Karangasem Bagikan Buku Gratis

Tahun 2024 nanti kembali akan dilakukan Pilkada menentukan Gubernur Bali. KIni Gubernur dipegang kader PDI-P. Saat Koster-Cok Ace memenangkan pilgub tahun 2018 dari rivalnya IB Rai Mantra-Ketut Sudikerta, kader PDIP-P Bali bersatu padu berjuang bersama-sama.

Saat itu IGN Alit Kelakan (kini anggota DPR-RI) sebagai Ketua Team Pemenangan. I Nyoman Giri Prasta (Bupati Badung) sebagai tombak perjuangan di lapangan. Sebelumnya Koster menjadi Ketua Team Pemenangan Pak Nyoman Giri Prasta, saat merebut Bupati Badung melawan Made Sudiana, yang sebelumnya Wakil Bupati Badung.

Saling bantu-membantu seperti itu merupakan sejarah yang elegan harus dicatat kader-kader partai (PDI-P), guna dilanjutkan ke depan.

Dalam menentukan siapa pemimpin daerah baik Gubernur maupun Bupati di masa depan, memang menjadi wewenang penuh (prerogratif) Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarno Putri. Oleh karena itu, siapa pun kelak ditetapkan Ibu Mega, kader PDI-P di Bali mestinya bersatu padu. Tidak ada tokoh yang kecewa, jika ingin tetap menjadi juara di Bali.

Main intrik kader di bawah tidak ada manfaatnya. Sebab semua tahu, bahwa penentuan calon Gunernur dan Bupati di kalangan PDI-P menjadi wewenang mutlak DPP PDI Perjuangan cq sang Ketua Umum.

Dalam beberapa kali pertemuan kader partai itu, Ibu Mega selalu menegaskan, tidak ada kader partai bermain di dua kaki. Silahkan keluar dari PDI-P jika tidak mau disiplin dengan aturan partai, kata sang Ketua Umum berulangkali.

Baca juga :  DKPP Sidangkan KPU Bali-Bawaslu Bali, Dituding Bohong, Somvir Sebut Pengadu Orang Suruhan

Melihat kedisiplinan pimpinan PDI-P di pusat, rakyat PDI-P di daerah harus sabar menunggu siapa yang akan menjadi bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Bali tahun 2024. Siapa yang akan ditetapkan sebagai Bakal calon Bupati dan Wakil Bupati di sejumlah daerah di Bali. Semua tergantung keputusan Jakarta.

Untuk itu, supaya pembangunan Bali tetap kondusif, tidak ada pilihan masyarakat tetap tenang. Tidak saling sikut, saling fitnah dan saling menjelekkan satu sama yang lain. Kasihan nanti, tokoh yang terlanjur disudutkan, dibenci – malahan mendapat pilihan Jakarta.

Hal ini tentu akan menjadi hambatan bagi kader partai di PDI-P, apalagi bagi mereka yang masih pengen mempertahankan kedudukan di kursi yang empuk. Banyak yang tahu, kursi DPRD masih nyaman, empuk dan menjadi rebutan kader partai setiap lima tahun. Tidak perlu munafik! (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.