MATARAM – Koalisi PDIP dan PKS di Pilkada Kota Mataram yang konon mengusung paket Hj. Putu Selly Andayani dan TGH Abdul Manan, dinilai cuma sebatas tebar pesona. Langkah dua parpol itu berubah mendekati masa pendaftaran calon kelak masih terbuka lebar. Untuk itu, tak ada salahnya PDIP jajaki parpol alternatif untuk memperkuat karakter politik Selly Andayani. Pandangan itu dilontarkan Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik M16, Bambang Mei Firwanto, Kamis (26/3/2020).
Bambang menilai jika benar PDIP-PKS berkoalisi di Pilkada Kota Mataram, hal itu akan menjadi warna baru peta politik. Alasannya, kedua parpol itu memiliki ideologi berbeda. Dan, itu akan menjadi hal sangat bagus bila benar terwujud. “Tapi masalahnya sampai sekarang kan belum jelas, PDIP sudah oke, tapi PKS kan belum ada rekomendasi. Pertanyaan kemudian, siapa yang diuntungkan dengan situasi ketidakjelasan ini?” urainya.
Kata dia, koalisi PDIP-PKS di sejumlah Pilkada di NTB sudah sempat mencuat dan hangat di media massa. Sejumlah pertemuan silaturahmi Ketua DPD PDIP NTB, Rachmat Hidayat; dan Gubernur NTB yang juga petinggi PKS, juga semakin memperkuat hal itu. Hanya saja, hingga saat ini keseriusan yang mengikat nampaknya hanya dilakukan PDIP yang sudah menerbitkan surat rekomendasi. Tidak demikian halnya dengan PKS. Dalam posisi saat ini, dia berpandangan PKS harus gentle (ksatria). “Terbitkan juga rekomendasi, jangan abu-abu dan membuat ambigu,” serunya.
Bambang mengulas sepintas koalisi PKS dan PDIP dari sisi pamer politik sebagai pilihan taktik yang cerdik, karena sama-sama diuntungkan. Meski demikian, dia mempertanyakan apakah kongsi itu kemudian dipahami tujuan strategisnya oleh pemilih dan loyalis masing-masing di Mataram? Sebab, tegasnya, kedua partai ini memiliki basis pemilih berbeda karakter. Karena itu, perlu ada parpol lain masuk dalam sekutu untuk menutup celah kepentingan politik lain memainkan sentimen atas nama perbedaan ideologi. rul