POSMERDEKA.COM, BANGLI – Petani kopi di Bangli sekarang sedang semringah, menyusul harga jual kopi yang merambat naik. Harga kopi gelondongan dan petik merah sebelumnya hanya Rp11.000/kg naik menjadi Rp14.000, dan kini mencapai rata-rata Rp16.000/kg.
Hal tersebut diakui I Nengah Subamia (65), salah seorang petani kopi yang juga petani jeruk di Desa Bayung Gede, Kintamani, Kamis (5/9/2024). Dia mengaku harga kopi sekarang melonjak membuat dia jadi lega.
Harga kopi arabika dari Kintamani kini terus mengalami kenaikan, yang petik merah mencapai Rp16.000/kg. Harga tersebut merupakan harga paling tinggi dalam sejarah harga kopi selama ini, melebihi harga kopi tertinggi di masa silam.
Tingginya harga kopi ini sangat dirasakan. “Harga kopi naik perlahan-lahan sejak beberapa bulan lalu. Mudah-mudah terus naik atau paling tidak bertahan,” harapnya.
Meski harga naik, dia pribadi belum terlalu menikmati, karena hanya memiliki lahan kopi sekitar 1,8 hektar. Dia juga tidak ada rencana melakukan ekstensifikasi atau perluasan tanaman kopi. Dari lahan 1,8 hektar yang dimiliki, semuanya ditanam tanaman tumpang sari (tanaman kopi dan jeruk).
Subamia memilih tetap berbudidaya kopi dan bertanam jeruk dari tahun 1993 dengan memanfaatkan seluruh luas lahan. “Siapa tahu jeruk jatuh, kami kan bisa punya kopi. Sebaliknya bila harga kopi jatuh, kami masih punya jeruk,” paparnya.
Kembali ke harga kopi, dia menyebut kenaikan terjadi sekitar empat bulan lalu. Kalau sebelumnya petani seakan menyepelekan tanaman kopinya, kini mulai bergairah. Sebab, saat harga kopi anjlok dan harga jeruk membaik, petani membabat tanaman kopi untuk diganti jeruk. gia