Desa Rempek Darussalam Bangkit sebagai Produsen Kopi, Kosabangsa Bantu Atasi Limbah Kopi

PELAKSANAAN Program Kosabangsa oleh Unmas dan UGR di Desa Rempek Darussalam, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, KLU – Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar bersama Universitas Gunung Rinjani (UGR), Lombok Timur, melaksanakan pengabdian di Desa Rempek Darussalam, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara (KLU), Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pengabdian ini mengangkat tema “Penerapan Solar Dryer House dan Pupuk Organik Padat Limbah Kopi sebagai Upaya Peningkatan Produksi Kopi dan Olahannya di Desa Rempek Darussalam, Kabupaten Lombok Utara”. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini didanai melalui hibah Program Kolaborasi Sosial Membangun Bangsa (Kosabangsa) tahun 2024.

Bacaan Lainnya

Kosabangsa merupakan sebuah program pendanaan dari Ditjen Dikbudristek melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) untuk menjembatani kolaborasi dalam pengembangan dan penerapan IPTEKS yang dihasilkan oleh perguruan tinggi untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan masyarakat pada wilayah tertinggal.

Ni Putu Sukanteri selaku Ketua Pendamping Kosabangsa bersama anggotanya I Gusti Ayu Diah Yuniti dan Anik Yuesti dari Unmas Denpasar dikonfirmasi, Senin (4/11/2024) menyampaikan, dalam upaya menciptakan kegiatan pembangunan pertanian yang komprehensif dilihat dari berbagai faktor, Desa Rempek Darussalam sebagai salah satu sentra penghasil kopi di daerah Lombok masih banyak menyisakan limbah berupa kulit kopi yang perlu mendapat perhatian dan penanganan. “Dalam kegiatan pengabdian ini kami melibatkan mitra yaitu Kelompok Tani Harapan dan Kelompok KUPS Mentari Darussalam,” imbuhnya.

Baca juga :  Rusak Parah, Mess Guru di Bangli Bakal Dihapus

Sementara itu, Kepala Desa Rempek Darussalam, Mulyadi, dalam keterangannya, membenarkan bahwa dari proses budidaya hingga pascapanen, limbah kopi masih menjadi masalah utama di sektor pertanian. Limbah ini kerap kali dibuang begitu saja, sehingga diperlukan pendekatan pertanian yang terintegrasi untuk memanfaatkannya secara optimal dan mendukung keberlanjutan lingkungan.

Ikwan Wadi selaku Ketua Tim Kosabangsa didampingi anggotanya Rini Endang Prasetyowati dan Muhammad Anwar, menyampaikan, salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah dengan mengolah limbah kopi menjadi pupuk padat. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi jumlah limbah yang terbuang sekaligus memberikan manfaat bagi kesuburan tanah dan lingkungan. Dengan demikian, pengelolaan limbah kopi tidak hanya mengurangi polusi, tetapi juga berpotensi meningkatkan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan pupuk organik hasil daur ulang limbah tersebut.

Kegiatan pengabdian tersebut mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat Desa Rempek Darussalam. Mulyadi selaku Kepala Desa saat menghadiri penyerahan bantuan berupa mesin kepada dua kelompok tani di desa setempat, juga mengaku sangat bersyukur dan berterima kasih dengan adanya kegiatan Kosabangsa. Bantuan yang diserahkan meliputi berbagai jenis mesin yang akan membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja para petani, di antaranya mesin giling cacah, mesin potong rumput, dan mesin penggembur tanah.

Ketua Kelompok Tani Harapan, Rido Kurniawan, sangat senang dengan adanya bantuan yang diterima. Diharapkan kelompok tani dapat memanfaatkan alat-alat tersebut untuk meningkatkan kualitas pengelolaan lahan pertanian. Inisiatif ini juga menjadi bagian dari upaya mendukung pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan, sejalan dengan visi Kosabangsa dalam memberdayakan masyarakat desa yang tertinggal.

Baca juga :  Jabar Juara Umum Cabor Taekwondo PON XXI, Bali Bawa Pulang 1 Emas, 2 Perak dan 3 Perunggu

Untuk kelompok KUPS Mentari Darussalam yang bergerak di bidang olahan kopi bubuk diberikan bantuan berupa greenhouse dan mesin Huller agar bisa terus terus menjaga kualitas biji kopi kering.

Ida Susiwanti selaku ketua kelompok mengatakan, kelebihan menggunakan green house dengan mesin solar Holler untuk menjaga suhu tetap optimal dapat diatur sesuai dengan kebutuhan suhu yang diperlukan. Karena sering menemui kendala terhadap penjemuran kopi secara manual, dengan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan bakteri dan jamur pada biji kopi yang dijemur, dapat menyebabkan kerugian.

“Semoga dalam kegiatan ini mampu memberikan hal-hal yang terbaik dan bermanfaat bagi masyarakat serta mampu mengembangkan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh tim UGR dan Unmas di mana mayoritas warga adalah pertanian perkebunan,” ujar Mulyadi.

Selama ini masyarakat selalu melakukan pupuk sintetis dalam kegiatan usaha taninya. Ke depan diharapkan akan mampu untuk mengembangkan pertanian yang berkelanjutan atau ramah lingkungan. Selanjutnya dalam pemberian teknologi dalam upaya peningkatan produksi dan menjaga kualitas kopi yang dihasilkan dapat lebih menghasilkan ekonomi yang tinggi bagi masyarakat. rap

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.