Berhasil Menyelamatkan 10 Sampai 30 Ton Sampah Plastik, Griya Luhu Ajak Warga Pilah Sampah

MANAJER Operasional Griya Luhu bersama timnya menggelar bimtek Kader Bank Sampah di Desa Batuan. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Kondisi TPA Temesi saat ini sudah overload (kepenuhan), dan karenanya perlu partisipasi masyarakat Gianyar dalam memilah sampah dari rumah. Hanya, mengajak masyarakat memilah sampah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan ketegasan regulasi dan sistem.

Hal itu disampaikan Manajer Operasional Griya Luhu, Kadek Ayun Wardimas, saat bimtek aplikasi yang diikuti Kader Bank Sampah di Desa Batuan, Sukawati, Minggu (7/1/2024).

Bacaan Lainnya

Wardimas menguraikan tantangan yang dihadapi Griya Luhu sebagai distributor sampah plastik di Gianyar. Dari sekitar 70 desa/kelurahan di Gianyar, baru sekitar 20 desa yang bekerja sama dengan Griya Luhu dan aktif memilah sampah. 20 desa ini membentuk bank sampah di setiap banjar.

Partisipasi masyarakatnya menabung sampah di bank sampah unit bervariasi. Kisaran 10 persen sampai 90 persen dari total keseluruhan KK di setiap banjar. “Partisipasi paling tinggi di perumahan GSM Tojan, Blahbatuh mencapai 90 persen. Jadi, hampir seluruh warganya memilah sampah dan plastiknya ditabung di bank sampah,” jelasnya.

Menurutnya, ada berbagai faktor yang membuat masyarakat belum terbiasa melakukan pemilahan sampah. Salah satunya adalah kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan. “Masih banyak kita temui sampah plastik dibuang ke selokan, memenuhi sungai-sungai, dan pastinya akan berdampak buruk jika terus-menerus seperti itu,” ungkapnya.

Baca juga :  Kader PDIP Klungkung Solid Menangkan Satria-Surya dan Koster-Giri

Karena itu, sambungnya, Griya Luhu gencar melakukan pendekatan ke masyarakat agar tingkat partisipasi masyarakat menjadi nasabah bank sampah makin tinggi. Artinya, semakin banyak yang peduli, sampah makin terkelola dengan baik.

Jika desa memang serius dalam pemilahan sampah, pria yang akrab disapa Dimas ini menilai desa harus tegas bergerak dengan regulasi karena sistemnya telah disiapkan Griya Luhu.

“Griya Luhu sejak 2021 membantu desa memberi sistem dan menyalurkan sampah plastik agar tidak berakhir ke TPA. Sekarang tinggal ketegasan regulasi dari desa. Berani tidak desa memaksa masyarakat memilah sampah,” sarannya.

Dari desa yang sudah bekerja sama saja, imbuhnya, Griya Luhu berhasil menyelamatkan 10 sampai 30 ton sampah plastik maupun yang bisa didaur ulang. Sebagian besar jenisnya berupa sampah lembaran campur seperti kantong plastik, bungkus mi instan, dan sejenisnya yang biasanya tak laku di pemulung.

Hanya, dari segi harga memang murah, tidak lebih dari Rp 1.000 per kilogram. “Eksekusinya memang tidak mudah, yang sudah mari terus bergerak bersama-sama. Yang belum, kami dekati agar tergerak melakukan pemilahan sampah,” lugasnya. adi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.