Bangli Dapat Bantuan Bibit Jagung 400 Hektar, Tapi Teraliasasi Hanya Segini

KEPALA Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Bangli, I Wayan Sarma. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, BANGLI – Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Bangli, I Wayan Sarma, mengatakan, Kabupaten Bangli menjadi basis pengembangan peternakan ayam petelur nomor dua di Bali setelah Kabupaten Tabanan, terutama di Kecamatan Susut yang menjadi sentranya.

”Guna memenuhi kebutuhan pakan terutama jagung yang mendominasi, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Bangli mendapat bantuan bibit jagung seluas 400 hektar, tapi terealisasi hanya 200 hektar,” ungkapnya, Kamis (25/1/2024).

Bacaan Lainnya

Sarma menguraikan, populasi ayam petelur bertambah besar seiring makin membaiknya prospek bisnisnya. Apalagi meningkat juga kebutuhan telur untuk daerah luar Bali, terutama Indonesia bagian timur seperti Lombok, Sumbawa dan Sumba. Konsumen di daerah tersebut menilai telur dari Bangli, khususnya dari daerah Kecamatan Susut, kualitasnya sangat bagus.

Pengiriman dilakukan setiap dua minggu. “Didukung alam di Kecamatan Susut yang sangat baik, membuat masyarakat semakin bergairah mengembangkan sektor ini,” jelasnya.

Lebih jauh disampaikan, bantuan bibit jagung pemerintah, dari 400 hektar yang diberikan hanya terealisasi 200 hektar, kebanyakan di Kecamatan Kintamani. Sebab, daerahnya kering, terutama di balik bukit. Ada juga sedikit ditanam di Kecamatan Bangli, Susut dan Tembuku.

Baca juga :  Puan Rawat Silaturahmi Keluarga ke Ulama NU, Gubernur Zulkieflimansyah Puji Kepemimpinannya

Keengganan para petani menanam jagung, jelasnya, karena waktu panen dinilai terlalu lama, sekitar delapan bulan. Walaupun ada untuk produksi jagung kering, kebanyakan dipanen masih basah agar cepat dapat uang. Seperti di Desa Bangbang, lahan kering kebanyakan ditanami bunga gumitir, kacang panjang, dan ubi jalar.

Kintamani yang selama ini kaya produk pertanian, kebanyakan beralih tanaman hortikultura seperti jeruk dan kopi serta, juga sebagai daerah tujuan wisata atau agrowisata). “Untuk wilayah Kintamani barat, masyarakatnya lebih banyak menggeluti sektor pertanian,” pungkas Sarma. gia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.