DENPASAR – Tanggal 28 Agustus mendatang menjadi babak final saga rekomendasi PDIP untuk Pilkada 2020 di Bali. Semua kandidat yang ditunjuk partai akan hadir saat rekomendasi disampaikan ke publik. Surat rekomendasi diumumkan oleh DPP PDIP di Jakarta, tapi bukti fisiknya diserahkan kepada para pasangan calon (paslon) di DPD PDIP Bali. Hal itu disampaikan Sekretaris DPD PDIP Bali, IGN Jaya Negara, Selasa (25/8/2020).
Menurut Jaya Negara, dari agenda yang ada, pada 28 Agustus itu DPP akan melakukan telekonferensi dengan DPD yang akan diumumkan rekomendasi pilkadanya. Para kandidat yang direstui partai, ulasnya, semua akan diundang hadir untuk mengikuti telekonferensi. Setelah telekonferensi pukul 10.00 WIB, sambungnya, barulah disambung dengan penyerahan surat rekomendasi oleh Ketua DPD PDIP Bali, I Wayan Koster.
“Dalam rekomendasi itu sudah lengkap semua isinya, termasuk persyaratan para calon untuk mendaftar ke KPU. Saya lupa form apa namanya, sudah isi semua. Termasuk yang berisi tanda tangan Ibu Megawati sebagai Ketua Umum,” ungkap Wakil Walikota Denpasar tersebut.
Meski berkata tanggal 28 Agustus surat rekomendasi tinggal diserahkan saja, Jaya Negara hanya tertawa ketika ditanya apakah itu berarti rekomendasi sudah diambil di Jakarta. Dia juga tidak menjawab lugas saat dikonfirmasi tentang kabar ada kandidat ke Jakarta untuk mengambil rekomendasi itu. “Saya tidak tahu apakah ada ke Jakarta atau tidak, karena tadi Pak Koster tidak ada bilang begitu. Yang jelas tanggal 28 itu fisik rekomendasi sudah ada di Bali, dan siap diserahkan,” kelit bakal calon Walikota Denpasar tersebut.
Mengenai pertimbangan PDIP terkesan mengulur-ulur waktu mengumumkan untuk Bali, seorang sumber menuturkan, semua tidak lepas dari pengalaman buruk masa lalu PDIP. Kata dia, ketika PDIP getol dan kencang menyosialisasikan kandidatnya ke khalayak, banyak serangan terjadi kepada pribadi calon itu. Kalkulasi politik pun ada yang kacau akibat serangan tersebut. Namun, dia tidak merinci lebih jauh contoh kasus di mana yang menjadikan PDIP “trauma” politik untuk mengumumkan sejak awal pilihannya.
“Saya rasa Anda sudah paham alasan kami kenapa menunda mengumumkan itu. Coba lihat ketika PDIP mengumumkan belakangan, justru kami lebih banyak menang. Mungkin publik bertanya-tanya kenapa kok lambat? Tapi ya ini kan bagian dari strategi kami di politik,” kisahnya.
Seperti diwartakan POS BALI edisi Sabtu (11/7) lalu, dari “bocoran” yang diperoleh, Giriasa alias Giri Prasta-Ketut Suiasa dipercaya kembali bertarung untuk periode kedua di Badung. Paket Kembang Hartawan-Sugiasa untuk di Jembrana, pasangan Gede Dana-Artha Dipa untuk di Karangasem, duet Sedana Artha-Diar di Bangli, IGN Jaya Negara-Kadek Agus Arya Wibawa di Kota Denpasar, dan pasangan Komang Sanjaya-Edi Wirawan di Tabanan.
Dari enam paket tersebut, yang ada unsur kejutan adalah di Karangasem karena PDIP memilih Artha Dipa sebagai pendampingi Gede Dana. Sebagaimana diketahui, Artha Dipa merupakan Wakil Bupati Karangasem pendampingi IGA Mas Sumatri. Kini keduanya “pisah ranjang”, di mana Mas Sumatri menggandeng Sukerana sebagai representasi Golkar, sedangkan Artha Dipa sempat keluar dari Nasdem dan masuk Golkar, sembari melamar sebagai calon Wakil Bupati. Belakangan dia malah ke PDIP. hen