Seminggu PKM di Denpasar, Masih Banyak Orang Bepergian Tanpa Suket

PEMERIKSAAN pengendara dalam penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) di Kota Denpasar. Foto: ist
PEMERIKSAAN pengendara dalam penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) di Kota Denpasar. Foto: ist

DENPASAR – Pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) yang diberlakukan sejak 15 Mei 2020 di Kota Denpasar sebagai upaya pencegahan penularan virus corona (Covid-19) telah berjalan satu minggu. Seminggu penerapan PKM, ditemukan masih banyak orang yang bepergian tanpa tujuan jelas dan tidak mampu menunjukkan surat keterangan (suket) sebagaimana yang disyaratkan sesuai Perwali PKM.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan pantau terpadu di perbatasan Kota Denpasar pada Jumat (22/5) menunjukkan hasil operasi sebagai berikut: tanpa masker sebanyak 41 orang, tanpa tujuan jelas dan tanpa suket sebanyak 666 orang, mudik 1 orang. Petugas di posko juga melakukan rapid test terhadap 46 orang dan didapati satu orang bersuhu tubuh di atas 38 Celcius.

Bacaan Lainnya

Operasi sehari sebelumnya, Kamis (21/5), hasilnya tercatat tanpa masker 38, tanpa tujuan jelas dan tanpa suket 381, mudik 0, suhu di atas 38 Celcius 0, dan rapid test 57 orang. Sementara hasil operasi Rabu (20/5) tercatat tanpa masker 42, tanpa tujuan jelas dan tanpa suket 371, mudik 4, rapid test 52, dan suhu di atas 38 Celcius 0.

Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Denpasar, I Dewa Gede Rai, membenarkan masih tingginya pelanggaran tanpa suket tersebut. Ia menegaskan, warga masyarakat yang dalam pemeriksaan di posko perbatasan ditemukan tanpa masker, tanpa tujuan jelas, dan mudik diarahkan untuk putar balik selama pemberlakuan PKM. ‘’Setiap hari ada saja ditemukan pelanggaran di pintu pintu masuk Kota Denpasar. Ini membuktikan bahwa masyarakat belum sepenuhnya menyadari, belum sepenuhnya disiplin, dan perlu terus meningkatkan kesadaran penerapan protokol kesehatan,’’ katanya, Sabtu (23/5).

Baca juga :  Para Sesepuh “Banteng Jadul” Dukung KBS Dua Periode

Oleh karena masih banyaknya pelanggaran baik dalam penggunaan masker maupun melengkapi diri dengan suket untuk bepergian lintas kabupaten/kota, perlu terus edukasi kepada masyarakat bagaimana dalam menghadapi pandemi Covid-19. Gugus Tugas Kota Denpasar menekankan untuk mengurangi mobilitas mayarakat yang tidak begitu penting dalam rangka meminimalkan penyebaran Covid-19 apalagi sudah banyak ditemukan adanya kasus transmisi lokal. Seperti dalam empat hari terakhir secara berturut-turut terjadi transmisi lokal di Kota Denpasar.

Lebih lanjut Dewa Rai menyampaikan, dari 11 posko terpadu di perbatasan yang disiapkan sejak awal pemberlakuan PKM, hingga saat ini baru delapan pos efektif melakukan pemeriksaan. Sementara tiga posko belum diefektifkan untuk pemeriksaan yakni di traffic light Tohpati, Jalan Diponegoro, dan Catur Muka. Tiga posko pemerikaan belum diefektifkan karena memperhatikan kondisi lalu lintas, namun evaluasi terus dilakukan agar lebih efektif. ‘’Sebenarnya pemerikaan ini memberi pesan ke masyarakat dalam masa pandemi ini, kalau keluar rumah agar memakai masker, kalau masyarakat dari luar ke Denpasar agar dengan tujuan jelas dan melengkapi diri dengan surat keterangan sesuai tujuan masing-masing. Oleh karena itu, Pemkot dalam penerapan PKM tidak menutup atau tidak melarang orang datang ke Denpasar asal dengan tujuan jelas,’’ paparnya.

Disinggung mengenai banyaknya jalan ‘tikus’ yang ada di sejumlah titik perbatasan Denpasar-Badung dan Denpasar-Gianyar, Dewa Rai tidak menampiknya. Menurutnya ada puluhan jalan ‘tikus’ di beberapa desa seperti Batubulan-Penatih dan desa di perbatasan lainnya. Cuma di sana perlu memperhatikan kondisi jalan dan lalu lintas supaya tidak terjadi kekroditan dan pengumpulan jika ingin melakukan pemeriksaan sebagaimana di pos pantau terpadu. Kata dia, kalau masyarakat memang jelas tujuannya dan menggunakan masker, tidak ada hambatan. Pengendara tidak perlu kucing-kucingan mencari jalan ‘tikus’ untuk menghindari pos pemeriksaan.

Baca juga :  Marketplace Untuk Mensejahterakan Atau Menghancurkan?

Ia kembali menegaskan, pemerikaan itu tujuannya bukan mematikan atau melarang orang beraktivitas karena ekonomi tetap bergerak. Di satu sisi pencegahan Covid-19 bagaimana menekan laju pertambahan covid-19, tetapi di sisi lain perekonomian tetap jalan. Tidak perlu semestinya masyarakat kucing-kucingan. Ini memerlukan kedisiplinan dan kesadaran semua.

‘’Kalau tingkat mobilitas tinggi dan orang-orang mengabaikan protokol kesehatan, ini tentunya membuat tingkat penularan semakin tinggi. Inilah yang ingin diminimalisasi oleh Pemkot dengan menerapkan PKM,’’ pungkasnya. 026

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.