POSMERDEKA.COM, BANGLI – Para peternak babi di wilayah Bangli saat ini sangat khawatir dengan adanya African Swine Fever (ASF) yang biasa menyerang ternak babi. Penyakit ini menimbulkan berbagai pendarahan organ internal babi, sangat menular dengan angka kematian sangat tinggi, dan belum ada vaksin atau pengobatan efektif untuk mengatasi.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma, Senin (18/3/2024) membenarkan sampai saat ini kasus ASF masih menghantui peternak. Kondisi ini disikapi dengan SE Bupati terkait pencegahan penyakit ASF, seperti biosekuriti harus dilakukan secara ketat.
“Orang tidak boleh keluar-masuk kandang sembarangan, segalanya harus steril. Kami mengimbau para peternak untuk tidak secara besar-besaran menambah ternak,” sarannya.
Lebih lanjut disampaikan, jika ingin menambah ternak babi, peternak jangan mengambil bibit dari luar daerah, usahakan dari sekitar yang risiko penularannya kecil. Dikeluarkannya SE Bupati hanya untuk mempertegas, tapi tentu juga dibarengi dengan penyuluhan yang diberikan Petugas Penyuluhan Lapangan (PPL).
Disinggung apakah masih ada ternak babi yang terkena ASF, Sarma menyebut sampai saat ini masih ada di sana-sini. Tidak sebatas di desa-desa tertentu tapi menyebar ke seluruh desa, terutama yang ada pengepul. ”Misalnya mereka mengambil babi di luar wilayah Bangli, dibawa ke Bangli, tentu kita tidak bisa deteksi,” cetusnya.
Lanjut disampaikan, ciri-ciri babi yang terserang virus ASF memiliki gejala demam sangat tinggi, pendarahan di kulit, hilangnya nafsu makan, kemerahan di seluruh kulit, mata merah dan berdarah, luka lebam dan beberapa gejala lainnya.
”Jika ada gejala seperti itu, babi harus dipisahkan dari yang lain agar tidak menular. Biasanya babi yang terserang ASF bertahan paling lama lima hari,” lugasnya menandaskan.
Sementara itu, peternak babi di Karangasem dilanda kecemasan, menyusul puluhan ternak mereka mati dengan gejala kulit memerah di bagian leher hingga kepala. Karena gejala yang ada, penyebab kematian puluhan ternak babi tersebut diduga kuat akibat terserang virus African Swine Fever (ASF).
Dugaan ini juga diakui Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah, Senin (18/3/2024). Siki mengatakan, sepekan ini memang kondisi cuaca sangat ekstrem.
Musim hujan mengakibatkan virus mudah menyerang ternak, sehingga hal ini membawa dampak terhadap kondisi ternak. “Dari ciri-ciri dan gejala yang timbul pada ternak babi yang mati, memang dugaan mengarah ke diduga ASF,” katanya.
Hanya, untuk memastikan penyebab kematian ternak babi itu, dia turun ke beberapa lokasi untuk mengambil sampel ternak babi untuk diteliti di laboratorium di Denpasar. Mengingat belum ada obat maupun vaksin terhadap virus tersebut, yang bisa dilakukan saat ini hanya menerapkan biosekuriti. Caranya dengan menjaga kebersihan kandang dan hewan ternak serta memastikan pakan yang diberikan.
Merebaknya virus yang menyerang ternak babi di Karangasem, paparnya, ada banyak faktor. Salah satunya tingginya mobilitas keluar-masuk ternak babi seperti saat hari raya Galungan dan Kuningan, yang saat itu banyak ternak didatangkan dari luar Karangasem. Gia/nad