Transformasi Nilai Agama, Budaya dan Karakter, Disdikpora Denpasar Imbau Siswa Isi Libur Sekolah Ikuti Pasraman

SISWA SMP PGRI 2 Denpasar mengisi waktu liburan sekolah dengan kegiatan pasraman. Foto: ist
SISWA SMP PGRI 2 Denpasar mengisi waktu liburan sekolah dengan kegiatan pasraman. Foto: ist

DENPASAR – Mulai Senin (19/12/2022), sekolah memasuki masa libur semester ganjil. Libur semester ganjil tahun ajaran 2022/2023 ini berlangsung selama dua pekan ke depan hingga 31 Desember 2022. Setelah itu dilanjutkan dengan libur hari raya Galungan dan Kuningan dari 2–14 Januari 2023. Dengan begitu proses belajar mengajar baru mulai aktif 16 Januari 2023.

Mengingat libur sekolah kali ini sangat panjang, Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar, AA Gede Wiratama, mengimbau orang tua siswa agar mengawasi dan mendampingi anak-anak selama libur sekolah. Sekolah pun diimbau dapat mengisi
libur semester dan libur hari raya Galungan dan Kuningan dengan kegiatan yang bermanfaat, misalnya kegiatan pasraman, ekstrakurikuler, atau kegiatan lain yang bermanfaat.

Bacaan Lainnya

‘’Orang tua perlu mendampingi anak-anak mereka tetap belajar dan bermain di rumah selama mengisi waktu libur sekolah. Dengan demikian tak akan membuat rasa jenuh anak-anak,” ujarnya, Senin (19/12/2022).

Momentum liburan ini, lanjut Wiratama, juga harus dimanfaatkan oleh guru dan kepala sekolah untuk mempersiapkan pembelajaran semester genap. Juga pelatihan dan pendampingan untuk merancang kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa sesuai implementasi Kurikulum Merdeka.

Momentum libur hari raya Galungan dan Kuningan juga bisa dimanfaatkan sebagai strategis untuk mentransformasikan nilai-nilai agama, budaya, dan karakter pada para siswa. Dengan demikian, anak didik betul-betul mendapatkan pengayaan yang matang tentang ajaran agama yang dianutnya. Demikian juga pengayaan mereka terhadap budaya.

‘’Libur panjang itu tak semata-mata merayakan hari raya, tetapi ada pemaknaan dalam rangka peningkatkan sradha dan bhakti. Anak-anak juga mesti melibatkan diri secara intensif di lingkungannya masing-masing dalam kegiatan agama dan budaya. Orang tua juga diharapkan mampu memberikan penjelasan secara sempurna makna di balik ritual tersebut, sehingga istilah anak mula keto dan gugon tuwon tidak lagi menjadi semacam budaya,’’ ujar Wiratama.

Ini ia sebut, pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas, namun juga berlangsung di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan tak hanya mengejar angka-angka, tetapi juga mengutamakan budi pekerti.

Terpisah, SMP PGRI 2 Denpasar memanfaatkan liburan kali ini dengan menggelar pasraman. Kegiatan ini selain menghindari aktivitas negatif selama libur panjang, juga meningkatkan sradha dan bhakti kepada Tuhan. Di samping itu sangat baik bagi siswa dan guru menjalankan Jnana dan Bhakti Marga.

Kepala SMP PGRI 2 Denpasar, Ayu Sri Wahyuni, menekankan pasraman ini juga mengajarkan siswa untuk menghormati Catur Guru yakni Guru Rupaka (orang tua), Guru Pengajian (di sekolah), Guru Wisesa (pemerintah) dan Swadiaya (Tuhan). Ayu Sri Wahyuni, menginginkan di sekolah siswa menghormati gurunya, bukan sebaliknya guru gila hormat. Perilaku positif ini perlu dikembangkan di sekolah mengingat nilai-nilai spiritual ini semakin terkikis di era global. tra

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses