POSMERDEKA.COM, JEMBRANA – Pemkab Jembrana menggelar upacara Pengabenan “Kusa Pranawa” untuk kerangka manusia prasejarahatau manusia purba yang ditemukan di Museum Purbakala Gilimanuk pada Rabu (31/1). Upacara pengabenan ini dilaksanakan dengan menggunakan simbol berupa sarana pengawak daun alang-alang.
Pelaksanaan upacara ini dihadiri oleh Bupati Jembrana, I Nengah Tamba; Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna; Sekda I Made Budiasa; Pj. Gubernur Bali yang diwakili Staf Ahli Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Kapolda Bali yang diwakili Kabid Labfor Polda Bali, Asisten Laboratorium Bioantropologi; dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM)
Dari ratusan tulang belulang manusia prasejarah tersebut dijadikan dua sekah atau puspa lingga (simbol roh) lanang-istri (laki-perempuan) untuk kemudian disucikan secara Hindu. Pelaksanaan upacara ini dipuput oleh lima orang sulinggih.
Selain menyucikan kerangka manusia purba yang disimbolkan alang-alang tersebut, secara kolektif upacara pengabenan ini juga diikuti oleh masyarakat di Kabupaten Jembrana. Pengabenan kolektif masyarakat umum diikuti sebanyak 7 sawa, mamukur sebanyak 12, dan ngelungah atau ngelangkir sebanyak 26 peserta. Sementara khusus dari kerangka manusia purba Gilimanuk yang tersimpan di UGM sebanyak 275 dilaksanakan upacara ngulapin di segara.
Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, mengatakan telah mencari informasi dan data-data terkait dengan apakah diperbolehkan untuk dilaksanakan upacara pengabenan kusa pranawabagi kerangka manusia prasejarah Gilimanuk. “Saya tidak tahu kawitannya (leluhurnya) ini siapa, ini kan kerangka manusia prasejarah yang ada di Kabupaten Jembrana. Mungkin jika ini binatang prasejarah saya tidak ambil pusing, tapi karena ini manusia, menjadi beban pikiran saya. Wajib saya sebagai bupati untuk melaksanakan penyucian terhadap kerangka-kerangka manusia yang ada di Gilimanuk,” ucapnya.
Lebih lanjut Bupati Tamba mengatakan, pengabenan kusa pranawa terhadap kerangka manusia prasejarah di Gilimanuk yang tersimpan di UGM Yogyakarta dengan cara ngulapin (memanggil) roh mereka untuk kembali ke Gilimanuk. “Ternyata dalam perjalanannya, kami menemukan kerangka yang ada di sini (Gilimanuk, red), ada tersimpan di lab. UGM. Sehingga sebanyak 275 kerangka yang diteliti oleh para ahli di UGM kita panggil rohnya secara niskala untuk pulang ke tanah Gilimanuk untuk disucikan dengan yang kita sebut pengabenan kusa pranawa,” jelasnya.
Dengan terselenggaranya upacara ini, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada Menparekraf yang telah memberikan dukungan serta Polda Bali, Pemerintah Provinsi Bali, dan kabupaten lainnya di Bali yang telah bisa hadir untuk mendukung pelaksanaan upacara pengabenan kusa pranawa sehingga dapat berjalan dengan baik.
Pihaknya juga mengapresiasi kepada seluruh Bendesa Adat dan masyarakat baik yang terlibat langsung maupun yang memberikan dukungan sehingga upacara pengabenan ini dapat terlaksana.“Semoga dengan selesainya acara ini Jembrana akan menjadi lebih baik dan nyaman serta sukses menuju Jembrana Emas tahun 2026,” harapnya.
Bupati Tamba juga mengatakan, setelah upacara pengabenan kusa pranawa selesai, untuk sementara roh atau atman yang telah disucikan akan dikembalikan ke laut karena bangunan untuk menyemayamkan roh-roh tersebut akan segera dibangun. “Di anggaran perubahan ini kita akan membangun Gedong Purba. Untuk saat ini setelah meajar-ajar kita larung dulu di segara (laut), nanti pada saatnya kita ngulapin (memanggil roh) baru kita linggihkan di Gedong Purba,” katanya.
Berumur 2000-an Tahun
Dismas Rienthar Adhyaksa selaku Asisten Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Yogyakarta mengatakan, kerangka manusia prasejarah atau manusia purba Gilimanuk yang tersimpan di UGM diperkirakan berumur 2000an tahun. Selain disimpan, kerangka tersebut digunakan sebagai objek penelitian.
“Di Laboratorium Bioantropologi dan Paleoantropologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyimpan kerangka manusia Gilimanuk dengan usia diperkirakan itu 2000 tahun yang jumlahnya 275 individu. Yang kami lakukan selain menyimpan dan mengkonservasi, kami juga melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan paleoantropologi yaitu semacam studi ilmu yang mempelajari penyakit-penyakit yang ada di manusia-manusia purba,” jelasnya.
Lebih lanjut Adhyaksa mengungkapkan, kerangka manusia prasejarah Gilimanuk tidak hanya terdiri dari satu kelompok masyarakat, melainkan ditemukan sejumlah ciri-ciri berbeda pada kerangka yang diteliti. “Di dalam situs Gilimanuk ditemukan berbagai variasi genetika yaitu mengindikasikan bahwa manusia-manusia yang dikuburkan di Gilimanuk bukan berasal dari satu komunitas atau kelompok masyarakat saja. Kemungkinan itu berasal dari berbagai masyarakat di luar Gilimanuk,” ujarnya.
Dari indikasi itu, para peneliti menginterpretasikan bahwa situs Gilimanuk itu boleh dibilang spesial. “Istimewa itu, bisa disucikan atau memang cocok untuk penguburan. Jasad-jasad mereka yang telah meninggal, membantu kita belajar berbagai hal tentang evolusi, migrasi, forensik hingga status kesehatan masa lalu yang dapat menjadi rujukan kita untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Sudah selayaknya kita menghormati dan memperlakukan jasad-jasad tersebut seperti manusia yang masih hidup,” katanya. man

									
													





















