Pemimpin yang Memanusiakan Manusia, PKKS Sebagai Alat Evaluasi Kemajuan Sekolah

PELAKSANAAN Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) di SMPN 10 Denpasar, belum lama ini.
PELAKSANAAN Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) di SMPN 10 Denpasar, belum lama ini.

DENPASAR – Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar, melaksanakan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) dari jenjang santuan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri dan swasta. PPKKS merupakan agenda rutin program dari Disdikpora Kota Denpasar setiap tahunnya.

Koordinator Pengawas Sekolah Disdikpora Kota Denpasar, Dra. Tatik Dwi Wahyuni, M.Pd., Kamis (3/11/2022) mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk melihat kinerja atau prestasi kepala sekolah selama masa satu tahun yang dilakukan setiap akhir tahun berakhir pada Desember. Penilaian ini dilakukan untuk setiap kepala sekolah.

Bacaan Lainnya

“PKKS yang merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data tentang kualitas pekerjaan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokoknya itu dilakukan oleh para pengawas sekolah, berdasarkan Permenpan-RB RI Nomor 14 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi tenta
ng Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya,” sebutnya.

Tatik menambahkan, kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di dalam suatu sekolah mempunyai tugas yang kompleks dan sangat menentukan maju-mundurnya suatu sekolah. Adapun standar minimal prosedur tugas kepala sekolah dapat digolongkan menjadi tujuh pokok yaitu, kepala sekolah sebagai pendidik (edukator), manajer, administrator, administrator, supervisor (penyelia), leader (pemimpin), inovator, dan kepala sekolah sebagai motivator.

Tatik memaparkan, tujuan dari diadakannya PKKS ini salah satunya adalah untuk memperoleh data tentang pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajerial dan supervisi pada sekolah yang dipimpin. Aspek PKKS di antaranya, komitmen terhadap tugas, pelaksanaan tugas, dan hasil kerja. Adapun kompetensi yang dinilai hanya terfokus pada bidang manajerial, bidang kewirausahaan dan bidang supervisi guru serta tenaga kependidikan.

Terpisah, psikolog Aritya Widianti, S.Psi., M.Psi., Psikolog, mengungkapkan, sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin. Tidak terkecuali di sebuah lembaga pendidikan. Disinilah diperlukan pemimpin yang mampu memanusiakan manusia.

Menurut dosen Prodi Psikologi Universitas Bali Internasional itu, lembaga pendidikan didirikan dengan tujuan yang sudah terencana. Tujuan tersebut membutuhkan sinergi bukan saja seorang pemimpin namun juga orang-orang yang dipimpinnya.

Sinergi tersebut dibutuhkan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Setiap kepala sekolah memiliki gaya kepemimpinan khas dan uniknya masing-masing. “Pemimpin yang memakai sudut pandang psikologi dalam kepemimpinannya akan memperhatikan motivasi, cara mengambil keputusan dan cara berkomunikasi (Sudharta, 2017), ” tulisnya.

Penelitian Sudharta (2017), kata Aritya Widianti, menguraikan hasil bahwa kepemimpinan kepala sekolah memakai gaya kepemimpinan profetik. Kepala sekolah yang memiliki gaya tersebut akan menunjukkan religiusitas, objektif, demokratis, ramah, humoris, dan jujur.

Pada sudut pandang psikologi, kepala sekolah menunjukkan kepribadian yang tenang, tidak terburu-buru, sabar, teliti, tidak emosional, mudah tersenyum dan bersuara pelan. Pada sudut pandang emosional hendaknya kepala sekolah menampilkan pendirian kuat, kesadaran diri yang tinggi dan menghubungkan dengan aspek religi.

Lebih lanjut Aritya Widianti berkata, aspek psikologis dalam kepemimpinan diperlukan agar seorang pemimpin mampu menjadi teladan bagi anak buah. Hal tersebut kemudian membawa tujuan pemimpin (dalam konteks organisasi) diikuti, perintah dilakukan sebaik mungkin, larangan tidak dilanggar.

Menurut dia, pemimpin diteladani karena memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang tidak dimiliki bawahannya. Pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang baik dapat mewujudkan cita-cita yang diinginkan (Rahayu dan Agustina, 2022). “Lantas Anda yang sedang berproses menjadi pemimpin atau sedang memimpin mau memakai cara-cara represif atau psikologis dalam implementasi mencapai tujuan organisasi Anda?” ucapnya menandaskan. tra

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses