Pelita Desak Pemerintah Ikut Kelola Limbah Tahu Puyung

ANGGOTA DPRD NTB Fraksi PKB, HL. Pelita Putra (tengah), berdialog dengan warga Desa Puyung, Kabupaten Loteng, pekan lalu. Foto: ist
ANGGOTA DPRD NTB Fraksi PKB, HL. Pelita Putra (tengah), berdialog dengan warga Desa Puyung, Kabupaten Loteng, pekan lalu. Foto: ist

LOTENG – Industri kecil di wilayah Kecamatan Puyung, di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) sudah jadi salah satu brand, tapi hingga kini perajin tahu puyung justru kesulitan mengelola limbah cair mereka. Saat musim kemarau, limbah yang biasanya dikelola secara sederhana oleh masyarakat, justru mengeluarkan bau tidak sedap. Karena itu, bantuan pengelolaan limbah ramah lingkungan harus mulai diintervensi Pemprov NTB dan Pemkab Loteng.

Anggota DPRD NTB Dapil Loteng Selatan, HL. Pelita Putra, saat bertemu perajin tahu di wilayah Puyung dalam reses, Kamis (16/2/2023), mengaku kaget tak ada pengelolaan limbah bantuan pemerintah daerah. Dengan adanya sentra perajin tahu, Puyung yang dikenal dengan nasi balap juga memiliki brand lain yang perlu perhatian. Apalagi sentra tahu itu berdekatan dengan kantor desa.

Bacaan Lainnya

“Dari penuturan warga, biasanya saat rapat mereka enggak betah untuk berlama-lama. Itu karena limbah tahu mengeluarkan bau yang tidak sedap,” jelas Pelita, Sabtu (18/2/2023).

Ketua DPC PKB Loteng itu berjanji akan berkomunikasi dengan pihak-pihak yang dinilai punya otoritas menyelesaikan persoalan tersebut. “Nanti kita carikan jalan keluar, sehingga tidak lagi menjadi keluhan masyarakat sekitar. Sentra produksi tahu puyung ini ada di dekat kantor desa, ini yang mendesak,” kata Pelita

Anggota Komisi IV DPRD NTB itu memaparkan, dari sejumlah aduan dari masyarakat, yang paling dominan adalah pembenahan infrastruktur hingga rehab sarana ibadah. Pada reses pertama tahun 2023, sambungnya, sebanyak 65 anggota DPRD NTB diharuskan melakukan pertemuan sebanyak 14 titik. Namun, yang minta lebih dari 20 titik. Dia kembali berjanji mengupayakan hadir menemui masyarakat.

“Tapi pada umumnya yang banyak muncul adalah persoalan infrastruktur, khususnya penataan jalan lingkungan, ini yang dominan, termasuk juga sarana ibadah. Ada juga usaha ekonomi produktif seperti mendukung kegiatan ayam petelur, bebek dan lain-lain,” beber Pelita.

Dia menilai, industri tahu yang dikelola rumahan oleh warga Desa Puyung terbukti mampu menggerakkan ekonomi masyarakat. Banyak warga Puyung terserap jadi tenaga kerja. Yang urgen adalah industri rumahan tahu puyung, yang ketika musim kemarau bisa menimbulkan bau.

“Dibutuhkan intervensi pemerintah daerah, baik kabupaten atau provinsi. Nanti saya sampaikan ke leading sector terkait, karena memang tahu puyung sudah banyak dikenal,” pungkasnya. rul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses