Stok Terbatas, PKP Bangli Selektif Vaksinasi PMK

ALOKASI vaksin untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak, khususnya sapi, di Bangli dari pusat sangat terbatas. Tahun 2025, Bangli hanya mendapat jatah 24.700 dosis, sedangkan populasi ternak, terutama sapi, mencapai 53.300 ekor. Foto: ist
ALOKASI vaksin untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak, khususnya sapi, di Bangli dari pusat sangat terbatas. Tahun 2025, Bangli hanya mendapat jatah 24.700 dosis, sedangkan populasi ternak, terutama sapi, mencapai 53.300 ekor. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, BANGLI – Alokasi vaksin untuk penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak, khususnya sapi, di Bangli dari pusat sangat terbatas. Tahun 2025, Bangli hanya mendapat jatah 24.700 dosis, sedangkan populasi ternak, terutama sapi, mencapai 53.300 ekor. Ini membuat vaksinasi penanggulangan PMK terpaksa selektif dilakukan. Demikian disampaikan Kepada Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Bangli, I Wayan Sarma, Rabu (17/9/2025).

Lebih lanjut disampaikan, karena jumlahnya terbatas di bawah populasi, tentu tidak bisa menutupi seluruh sapi yang ada. Dengan jatah vaksin tersebut, populasi ternak yang terjangkau baru sekitar 47%, masih ada sekitar 53% yang belum tertutupi. “Untuk menyiasati itu, kami sasar dulu wilayah atau daerah yang padat populasinya,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Menyasar daerah padat populasi sapi, sambungnya, untuk mempercepat upaya penanggulangan indikasi PMK. Wilayah dimaksud seperti desa yang ada di kawasan Kintamani Barat seperti Bayung Gede,  Bunutin, Manikliyu dan lain-lain. Di Kecamatan Susut yakni di Desa Tiga Penglumbaran dan  Sulahan, di wilayah Kecamatan Bangli populasi banyak di Desa Landih dan Pengotan. Untuk di Kecamatan Tembuku yakni Desa Tembuku dan  Peninjoan. “Daerah-daerah yang padat populasi itu disasar duluan,” tegasnya.

Selain itu, ulasnya, prioritas berikutnya sesuai laporan masyarakat tentang adanya gejala PMK pada ternak. Dia juga menyampaikan akan ada vaksinasi secara mandiri oleh peternak, karena memang mengarah demikian mengingat keterbatasan anggaran pemerintah pusat. Vaksinasi mandiri dilaksanakan dengan biaya sendiri oleh petani atau peternak, dengan menghubungi dokter hewan praktik. “Untuk ternak babi vaksinasi mandiri mulai diterapkan saat ini,” katanya.

Lanjut disampaikan, proses vaksinasi di lapangan masih berlangsung. Dia juga bersyukur indikasi PMK mulai reda. Meski ada juga laporan PMK, tapi setelah diperiksa secara laboratoris tidak menunjukkan PMK. Apalagi sesudahnya kondisi ternak pulih kembali. Walau demikian, dia mengimbau kepada para peternak harus   waspada. Sebab, peternak sapi dan babi merupakan salah satu usaha peternakan yang banyak digeluti masyarakat sebagai modal usaha. gia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses