POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Sebanyak 40-an naskah lontar milik warga di Tojan, Pering, Blahbatuh dirawat dan diidentifikasi Penyuluh Bahasa Bali yang bertugas di Kecamatan Blahbatuh. Pemilik lontar selama ini hanya mengupacarai, karena kurangnya pengetahuan tentang aksara Bali.
Koordinator Baga Lontar Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Blahbatuh, Ida Bagus Ari Wijaya, mengatakan, banyaknya lontar tertimbun baru diketahui setelah Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Blahbatuh melakukan digitalisasi terhadap lontar tersebut. “Jumlah cukup banyak, isinya seperti geguritan, wariga, panganteb, pangastawa dan kaputusan sampai babad,” ujarnya.
Selama ini lontar tersebut tersimpan dan diupacarai saja, tanpa pernah dibuka oleh pewarisnya. Makanya kondisi lontar cukup memprihatinkan. “Beberapa kondisi lontar sudah ada yang rusak, bahkan halamannya hilang,” sesalnya.
Dalam perawatan dan digitalisasi, lontar sudah diidentifikasi dengan membaca judul dan digitalisasi menggunakan kamera. Karena keterbatasan waktu dan banyaknya lontar, pihaknya hanya membaca judul atau lembar pertama lontar dan lembar terakhir.
Menurut Wijaya, konservasi dilakukan untuk memperpanjang umur naskah, sedangkan identifikasi untuk mengetahui isi dan gambaran umum naskah. Digitalisasi dilakukan agar jika naskah itu rusak, masih bisa ada arsip naskah dalam bentuk digital. Selain itu, dari pihak pemilik juga ingin mengetahui tentang leluhur keluarga tersebut.
“Dari lontar itu, bisa kita simpulkan bahwa leluhur pemilik lontar ini dulunya gemar nyastra, sehingga lontar-lontar yang ada jumlahnya cukup banyak. Mereka tuangkan dalam media lontar karena dulu tidak ada buku dan pulpen. Lontar juga menunjukan bahwa leluhur keluarga itu dulunya orang yang terpandang,” pungkasnya. adi
























