BANGLI – Petani di kaldera Gunung Batur, sejak harga BBM naik, mulai kesulitan membeli BBM untuk mesin pompa air yang selama ini digunakan menyiram tanaman hortikultura.
Petani di Desa Buahan, I Made Permana, dihubungi, Rabu (14/9/2022) mengaku sejak adanya kenaikan harga BBM, dia dan rekan-rekannya di kaldera Gunung Batur mulai kesulitan membeli BBM. Kalau dulu, jelasnya, petani mudah mendapat BBM di tingkat pengecer maupun membeli langsung ke SPBU terdekat.
Namun, sejak kenaikan harga, mereka kesulitan mendapat BBM. “Ini justru berbanding terbalik, semestinya setelah harga naik kami bisa dengan mudah dapat minyak. Tapi kini malah sulit membeli minyak di kios-kios,” keluhnya.
Lebih lanjut disampaikan, dari informasi yang didapat, kini ada pembatasan pembelian minyak atau pelarangan beli minyak menggunakan jeriken. Sebelumnya, pemilik kios masih bisa membeli minyak di SPBU memakai jeriken.
“Minyak ini sangat mendukung petani dalam meningkatkan produksi. Lantas bagaimana kalau petani malah sulit dapat BBM? Bagaimana nasib tanaman mereka yang setiap pagi harus disiram,” cetusnya dengan nada lesu.
Dalam sehari, sambungnya, rerata petani menghabiskan minyak untuk mesin pompa air di kisaran 5-7 liter per hari. Karena itu, dia sangat berharap ada solusi yang diberi pemerintah daerah untuk mengatasi masalah petani di wilayah kaldera Batur dan balik bukit.
Keluhan serupa dilontarkan petani lainnya, Jro Nadi. Dia menegaskan BBM adalah kebutuhan sangat vital bagi petani, karena untuk menyiram tanaman hortikultura memakai alat mesin untuk memompa air. “BBM sulit didapat, jadi proses penyiraman sering terganggu. Ini akan mengganggu proses produksi,” bebernya. gia