NWDI Mesti Berperan Strategis Tangkal Radikalisme-Terorisme

TIGA pakar Islam dan Ketua PB NWDI, TGB Muhamad Zainul Majdi, saat menghadiri Webinar Pra Muktamar NWDI pertama. Foto: rul
TIGA pakar Islam dan Ketua PB NWDI, TGB Muhamad Zainul Majdi, saat menghadiri Webinar Pra Muktamar NWDI pertama. Foto: rul

MATARAM – Panitia Muktamar I NWDI menggelar webinar dengan menghadirkan sejumlah narasumber kompeten dalam perkembangan dunia Islam, seperti Prof. Azyumardi Azra, Prof. Nasarudin Umar, dan Prof. Jamaludin, Jumat (28/1/2022). Turut hadir Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI), TGB Muhamad Zainul Majdi, yang kerap disapa Tuan Guru Bajang (TGB). Salah satu pesan penting webinar itu adalah agar NWDI mesti berperan strategis menangkal radikalisme dan terorisme.

Prof. Azra menyampaikan, peran dan kiprah ormas Islam sebelum Indonesia merdeka tidak perlu diragukan lagi, termasuk NWDI di Pulau Lombok. Menurutnya, ormas Islam awalnya untuk tujuan pendidikan dan dakwah Islam. Namun, sejalan dinamika masyarakat, ormas Islam tidak dapat menghindarkan diri berpartisipasi dalam pembangunan berbagai bidang. 

Bacaan Lainnya

“Karena itu, selain agenda pendidikan dan dakwah Islam, keseharian ormas Islam diwarnai agenda sosial, politik, ekonomi. Bahkan menjadi garda depan dalam menangkal radikalisme dan terorisme,” ucapnya.

NWDI walau baru kali pertama bermuktamar, kata dia, sesungguhnya merupakan kelanjutan roh perjuangan NWDI yang pertama berdiri sejak 1937. Tidak sedikit peran dakwah, pendidikan Islam dan pendidikan umum, sosial, politik dan ekonomi yang diperankan NWDI yang ikut melahirkan Indonesia. Karena itu, menurutnya, pada era terkini, NWDI harus lebih strategis dalam membangun Indonesia yang lebih maju dan setara di tengah peradaban dunia. 

Dia melihat ada empat peran strategis bagi NWDI dewasa ini. Pertama, peran dakwah dan pendidikan Islam, yang tidak saja berkaitan dengan ibadah vertikal, juga keseimbangan dengan ibadah horizontal. Lembaga pendidikan NWDI harus memiliki keunggulan sebagai rujukan lembaga pendidikan berbasis Islam lain dalam konteks lokal dan nasional.

Kedua, NWDI harus menyuarakan dan menebarkan Islam moderat. Selama ini peran itu dilakukan dengan sangat baik, hanya butuh pemeliharaan dan penguatan. Ketiga, peran filantropi Islam melalui penguatan lembaga ekonomi Islam dan lembaga kesehatan, termasuk lembaga pendidikan bidang kesehatan. “Keempat, peran menjaga kohesivitas sosial dan integrasi bangsa, juga menjadi pelopor pemersatu bangsa,” pesannya.

Dalam paparannya, Prof. Jamal cenderung fokus kepada sejarah dan kiprah NWDI sebagai kelanjutan jiwa perjuangan NW tahun 1953. Sebagai santri di perguruan NWDI, Jamal menggambarkan pola dakwah dan pendidikan pendiri NWDI yang inklusif, demokratis, dan menghargai perbedaan. Inklusif bermakna kehadiran pendidikan dan dakwah NWDI tidak bertabrakan secara diametral dengan proses dakwah sebelumnya. Bahkan kehadirannya memperkaya khazanah keislaman masyarakat Sasak di Lombok ketika itu. 

Demokratis, jelasnya, bermakna pendiri NWDI berdakwah sambil mengidentifikasi masalah sosial keagamaan masyarakat. Pula merumuskan agenda pembangunan pendidikan dan dakwah sesuai kapasitas bersama. 

“Menghargai perbedaan bermakna proses pendidikan dan dakwah NWDI sesuai kodrat manusia, sebagai laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja dan dewasa. Karena itu suasana dakwah dan pendidikan NWDI sangat variatif, sesuai perbedaan dan kodrat masing-masing,” ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Nasarudin, lebih banyak menyarankan pentingnya NWDI berperan aktif menjaga citra Islam di mata kelompok-kelompok, yang selama ini menaruh curiga atas fenomena kebangkitan Islam dalam percaturan agama-agama. “NWDI harus dapat menyesuaikan diri dengan geliat dan tantangan keislaman dewasa ini, juga masa depan,” urainya.

Nasarudin menyarankan, kelompok di luar Islam tidak perlu curiga berlebihan atas fenomena kebangkitan Islam dewasa ini. Alasannya, tidak mungkin Islam akan merusak dirinya dari dalam. Kecurigaan itu menjadi tidak beralasan jika kebangkitan Islam digerakkan kelompok arus utama seperti NWDI. Karena itu, NWDI harus lebih banyak mengambil peran dan pemahaman keislaman moderat, sebagai daya tangkal kecurigaan terhadap arus utama keislaman di Indonesia. 

“Makin paham kelompok masyarakat terhadap Islam, cara berpikir dan bertindak berdasarkan ajaran agama Islam akan jauh lebih moderat,” katanya menandaskan. rul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses