POSMERDEKA.COM, KARANGASEM – Krama Desa Adat Apit Yeh, Manggis Karangasem menggelar ritual tradisi Siat Ketipat (perang ketupat) di kawasan desa setempat, Senin (2/6/2025).
Bendesa Adat Apit Yeh, I Nengah Kuta, memaparkan, ritual tradisi perang ketupat merupakan tradisi tiap tahun menjelang Sasih Sada. Tepatnya pada kajeng kliwon sebelum purnama sada. Tradisi ini merupakan salah satu bukti syukur warga desa atas rahmat Tuhan, yang selama ini memberikan berkah dari sisi bidang pertanian.
Dia menyebut warga Desa Apit Yeh sampai kini masih bertahan budaya agraris mengolah lahan persawahan. “Sebelum perang ketupat dimulai, krama melaksanakan persembahyangan terlebih dulu di Pura Subak, juga Pemedal Agung di kawasan jalan raya di kawasan desa,” tuturnya, Selasa (3/6/2025).
Lebih lanjut dikatakan, setelah sembahyang, krama melaksanakan makan bersama di masing-masing banjar. Dia berujar Desa Adat Pakraman Apit Yeh terdiri dari empat banjar, yakni Banjar Keloda, Kanginan, Kauhan, Kajanan. Setelah selesai makan bersama, baru dilakukan tradisi perang ketupat.
Warga dibagi dari masing-masing banjar terpusat di jalan raya besar di kawasan desa, perang menggunakan ketupat yang disiapkan masing-masing krama.
“Begitu kentongan di balai banjar disuarakan, warga sudah terbagi dalam arah berlawanan dan diberi pembatas berupa tali. Begitu aba-aba disuarakan, warga langsung saling lempar ketupat, ini ada istilahnya namanya mesantalan,” jelasnya.
Kuta menambahkan, yang terlibat perang ketupat hanya warga yang laki-laki saja. Tidak ada rasa dendam dan amarah, semuanya melaksanakan dengan suka riang gembira. “Semoga tradisi ini bisa kami pertahankan agar kestabilan sekala-niskala di desa kami bisa terjaga,” tutupnya. nad